Rabu, 13 Juli 2011

Keadilan Sejati Akan Hidup Jika Menghidupkan Moral Al-Qur'an

QS. An-Nahl; 90 : Mengatakan "Alloh memerintahkan berbuat adil, mengerjakan amal kebaikan, bermurah hati kepada kerabat dan melarang melakukan perbuatan keji, mungkar dan kekejaman.Ia mengajarkan kamu supaya menjadi peringatan bagimu.

Keadilan keadilan keadilan adalah bagaikan kata mutiara yang keluar dari calon pemimpin bangsa, Keadilan merupakan cita-cita bangsa, bahkan seluruh dunia menginginkannya. Hal ini dibuktikan dengan munculnya sistem dan penegakan mekanisme peradilan yang didalamnya setiap orang di eksekusi sesuai tindakannya tampa menjadi sasaran aneka jenis diskriminasi. Tetapi apa yang terjadi?...walaupun bermunculan sistem, proyek dan solusi yang beraneka ragam dengan mengharapkan keadilan yang sempurna masih menemui ganjalan-ganjalan yang tidak ringan. Kenapa ?...karena situasi ini tidak lepas dari kemerosotan nilai-nilai moral Al-Qur'an yang didalamnya mengajarkan prinsip-prinsip berlaku adil. Hal ini berakibat negatif terhadap masyarakat.

Kemerosotan nilai-nilai moral Al-Qur'an di masyarakat ini menimbulkan banyaknya penipuan disana-sini, pencurian sering terjadi, korupsi merajalela tidak bisa berhenti dan kemaksiatan sudah transparan tidak ditutupi. Inilah yang terjadi sehari-hari yang menjadi contoh bagi orang-orang yang tidak mengeri sehingga hukum negara sudah tidak perlu ditakuti dan kesenjangan sosial sudah tidak bisa dijangkau lagi. Yang tak kalah tragisnya lagi demi mempertahankan kehormatan hukumpun bisa dibeli tampa menghiraukan bahwa Alloh Maha Mengetahui.

Sebuah contoh sulitnya menegakkan keadilan adalah bagaimana penjahat kelas kakap sulit sekali ditangkap dengan alasan sakit sedang berobat dan pencuri kelasteri yang mengambil buah coklat tiga biji bisa diadili tampa menghiraukan kesulitan membeli sesuap nasi. Yang pasti jika masyarakat bermoral Al-Qur,an sudah menjadi tradisi maka tidak akan melakukan tindakan yang keji.

Bukti kemerosotan nilai-nilai moral Al-Quran sudah jelas menjadi fakta sehingga seseorang hanya mementingkan keuntungan pribadi,menumpuk harta tidak menghiraukan kesulitan ekonomi yang membuat masyarakat tidak berdaya mencari solusi. Dia lupa bahwa masyarakat yang menjadi terdepan sebagai umpan janji yang ahirnya tidak ditepati. Maka dari itu hidupkanlah nilai-nilai moral Al-Qur'an, Alloh berfirman QS. An-Nisa; 135 : "Hai Orang-orang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Alloh, meskipun terhadap diri kamu sendiri, terhadap orang tua kamu, terhadap kerabatmu, baik ia kaya maupun miskin, karena Alloh melindungi keduanya,..." Dalam ayat ini menjelaskan bahwa Alloh hanyalah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk berlaku adil berarti ayat tersebut sudah cukup memberikan keterangan kepada hambanya bahwa yang berimanlah seharusnya menjadi pemimpin karena Alloh menganggap mampu menegakkan keadilan.

Lihatlah kenyataan jika keadilan tidak bisa ditegakkan, maka akan tmbul antara lain :
1. Banyaknya kesaksian palsu karena takut malu kehormatannya hilang dimata masyarakat dengan menghiraukan kehormatan disisi Alloh. Firman Alloh, QS. Al-Baqoroh; 283 : " Janganlah menyembunyikan kesaksian. Barangsiapa menyembunyikannya, maka hatinya ternoda dosa. Alloh mengetahui segala yang kamu lakukan".

2. Penilaian seseorang bisa berubah karena kedekatan, uang dan pangkat. Uang, pangkat dan kedekatan menjadi kriteria utama untuk penilaian hal ini dapat kita temui dalam kebiasaan pelayanan kalau yang datang orang yang miskin penghornatanpun bisa berkurang.

3. Masalah pendidikan yang berkwalitas tidak bisa diperoleh oleh orang tidak mampu. Ini sudah menjadi kenyataan yang tak terelakkan bahwa terjadinya perbedaan kwalitas pendidikan bagi sikaya dan simiskin. Salah satu contoh sahabatku bercerita bahwa anaknya daftar kesekolah unggulan, karena sering ketemu suatuhari beliau bercerita alhamdulillah anaknya lolos tes berselang beberapa hari bercerita lagi bahwa anaknya telah lolos tes computer beberapa hari berikutnya bercerita lagi pada saat interview ditanya siap menyumbang berapa untuk uang gedung beilau menjawab hanya bisa membayar Rp. 250.000,- dari patok minimal Rp. 2.000.000,-dengan yakinnya karena sudah mengantongi surat keterangan tidak mampu dari desa, saya membayangkan betapa senag dan gembiranya jika masuk sekolah tersebut, berselang cukup lama beliau bercerita lagi bahwa anaknya tidak lolos masuk sekolah tersebut sayahanya membayangkan betapa kecewanya....inilah faktanya...mana pendidikan gratis...mana bantuan operasional sekolah yang besar itu?...yang saya tahu hanya berlaku di sekolah plosok-plosok pinggiran desa. Ironisnya lagi pemerintah mengedepankan pendidikan umum daripada pendidikan agam yang seharusnya menjadi dasar landasan masyarakat, pemerintah malu jika tidak bisa membuat pesawat tidak menghiraukan rakyatnya yang berkelakuan bejat.

4. Kesejahteraan rakyat tersisihkan hanya karena hanya ingin memperindah kota, pendapatan pribadi yang penting meningkat walaupun rakyat tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok kurang diperhatikan.

Itulah kenyataannya yang bisa dijadikan pertimbangan bahwa hanya dengan menghidupkan nilai-nilai moral Al-Qur'an yang mampu menciptakan keadilan sejati.

Oleh
Imam Zubaidi, S.Ag

Jumat, 08 Juli 2011

" KANDUNGAN MAKNA TEMBANG JAWA ILIR - ILIR "

Ilir-ilir, Ilir-ilir, tandure (hu)wus sumilir

(BI) Bangunlah, bangunlah, tanamannya telah bersemi
(MS) Kanjeng Sunan mengingatkan agar orang-orang Islam segera bangun dan bergerak. Karena saatnya telah tiba. Karena bagaikan tanaman yang telah siap dipanen, demikian pula rakyat di Jawa saat itu (se...telah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan ajaran Islam dari para wali.



Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar

BI) Bagaikan warna hijau yang menyejukkan, bagaikan sepasang pengantin baru
( MS) Hijau adalah warna kejayaan Islam, dan agama Islam disini digambarkan seperti pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya.



Cah angon, cah angon, penek(e)na blimbing kuwi

(BI) Anak gembala, anak gembala, tolong panjatkan pohon belimbing itu.
(MS) Yang disebut anak gembala disini adalah para pemimpin. Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari lima rukun Islam dan sholat lima waktu. Jadi para pemimpin diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk memberi contoh kepada rakyatnya dengan menjalankan ajaran Islam secara benar. Yaitu dengan menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu.



Lunyu-lunyu penek(e)na kanggo mbasuh dodot (s)ira

(BI) Biarpun licin, tetaplah memanjatnya, untuk mencuci kain dodot mu.
(MS) Dodot adalah sejenis kain kebesaran orang Jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara atau saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya tetap awet. Dengan kalimat ini Sunan Kalijaga memerintahkan orang Islam untuk tetap berusaha menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu walaupun banyak rintangannya (licin jalannya). Semuanya itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena menurut orang Jawa, agama itu seperti pakaian bagi jiwanya. Walaupun bukan sembarang pakaian biasa.



Dodot (s)ira, dodot (s)ira kumitir bedah ing pingggir

(BI) Kain dodotmu, kain dodotmu, telah rusak dan robek
(MS) Saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek.



Dondomana, jlumatana, kanggo seba mengko sore

(BI) Jahitlah, tisiklah untuk menghadap (Gustimu) nanti sore
(MS) Seba artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti), oleh karena itu disebut 'paseban' yaitu tempat menghadap raja. Di sini Sunan Kalijaga memerintahkan agar orang Jawa memperbaiki kehidupan beragamanya yang telah rusak tadi dengan cara menjalankan ajaran agama Islam secara benar, untuk bekal menghadap Allah SWT di hari nanti.



Mumpung gedhe rembulane, mumpung jembar kalangane

(BI) Selagi rembulan masih purnama, selagi tempat masih luas dan lapang
(MS) Selagi masih banyak waktu, selagi masih lapang kesempatan, perbaikilah kehidupan beragamamu.



Ya suraka, surak hiya

(BI) Ya, bersoraklah, berteriak-lah IYA
(MS) Di saatnya nanti datang panggilan dari Yang Maha Kuasa nanti, sepatutnya bagi mereka yang telah menjaga kehidupan beragamanya dengan baik untuk menjawabnya dengan gembira.


Demikianlah petuah dari Sunan Kalijaga lima abad yang lalu, yang sampai saat ini pun masih tetap terasa relevansinya. Semoga petuah dari salah seorang waliyullah kenamaan ini membuat kita semakin bersemangat dalam menjalankan ibadah(bm5)

Kemana Intelijen?...Pemerintah Tidak Serius Membrantas NII.

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Lukman Hakim Saefudin menyatakan, sebagian masyarakat mempertanyakan bagaiman kinerja intelijen saat ini hingga Negara Islam Indonesia kembali tumbuh di tengah masyarakat dan melakukan tindakan radikalisme.

Menurut Lukman, gerakan ini sudah ada sejak lama dan seharusnya intelijen telah bekerja untuk menjaring gerakan yang diduga melakukan cuci otak kepada anggota yang direkrutnya.

"Kalau masyarakat sebagian besar menganggap bahwa ini semacam pembiaran sepertinya tidak ada tindakan tegas terhadap NII, saya khawatir betul terjadi distrust atau ketidakpercayaan publik terhadap institusi negara," kata Lukman di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu (27/4/2011).

Menurut dia, kehadiran NII menjadi pekerjaan rumah bagi intelijen untuk mengungkap siapa yang berada di balik gerakan ini. "NII bukan baru setahun, dua tahun. Ini kan sudah ada sejak tahun 1960-an. Kenapa sekarang kemudian semakin marak dan eksis? Ini yang menjadi pekerjaan rumah intelijen untuk mengungkap siapa di balik ini. Intelijen kita harus bekerja keras," ujarnya.

Lukman menambahkan, kembalinya gerakan NII ini bahkan juga menjadi kritik untuk intelijen. Namun, menurut dia, intelijen untuk masalah ini hanya bisa melakukan aktivitas intelijen semata, bukan untuk melakukan penangkapan maupun menginterogasi dan penahanan karena itu merupakan tugas kepolisian.

"Menurut hemat saya untuk mencari gerakan-gerakan seperti ini, sebenarnya kan kerja intelijen itu mendeteksi, tidak harus kewenangan menangkap. Karena kalau menangkap kemudian tidak ada yang bisa mengontrol bagaimana jika terjadi penyalahgunaaan kewenangan," ujarnya.

Lukman menekankan kerja intelijen perlu semakin dimaksimalkan agar gerakan-gerakan seperti NII tidak sampai mengancam keutuhan bangsa dan negara.