Rabu, 21 Maret 2012

Percaya

"Motifasi tertinggi adalah PERCAYA atas keberhasilan dari langkah pertama untuk mencapai mimpi-mimpi indah."

Senin, 19 Maret 2012

FONDASI IBADAH KITA

Perhitungan diterimanya amal oleh Allah Ta’ala bukanlah menurut pandangan dan pendapat manusia. Karena yang telah memberikan wahyu tentang amal yang diterima dan ditolak itu hanyalah Allah Ta’ala, sehingga yang berhak menilai dan membalasnya hanyalah Allah Ta’ala. Ketika manusia beramal, untuk diterimanya oleh Allah Ta’ala mesti memenuhi persyaratan, yaitu Iman, Jadi fondasi dari niatan amaliah seseorang harus iman kepada Allah, membenarkan apa-apa yang tercantum dalam Qur'an dan Sunnah baik manis, dan pahit ia tidak boleh mengingkari apalagi memilah dan memilih, suka atau tidak suka seorang muslim harus berserah diri kepada ketentuan Allah SWT

 فَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهِ وَإِنَّا لَهُ كَاتِبُونَ [الأنبياء94]

"Maka barang siapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya." (QS. Al-Anbiyaa’ [21] : 94)

Syarat diterimanya amal, selain iman adalah ikhlas hanya untuk Allah Ta’ala, dan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salallam. Walaupun ikhlas untuk Allah, namun kalau tidak mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak diterima oleh Allah Ta’ala. Sedangkan amal yang secara lahiriyah sejalan dengan syariat tetapi pelakunya tidak mendasarinya dengan tulus ikhlas karena Allah Ta’ala, maka amal perbuatan seperti itu ditolak. Demikian itulah keadaan orang-orang yang riya’ dan orang-orang munafik, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا (142)

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali." (QS. An-Nisa’ [4] : 142)