Rabu, 29 Agustus 2018

Adzan Suara Panggilan Tuhan

ADZAN, BUKAN PANGGILAN BIASA
*ONE DAY ONE HADITH*

Diriwayatkan dari Ka’b bin Ujrah, bahwasanya seorang tuna netra mendatangi Baginda Rasulullah SAW dan berkata “Wahai Rasulallah, Aku mendengan Adzan namun terkadang aku tidak menemukan orang yang menuntunku. Maka Rasul SAW bersabda :
فَإِذَا سَمِعْتَ النِّدَاءَ فَأَجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ
“Jika engkau mendengar suara adzan (diserukan), maka penuhilah penyeru Allah itu” [HR Thabrani].

_Catatan Alvers_

Masih ingat syair ini? “Aku tak tahu syariat Islam. Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok. Lebih merdu dari alunan azan mu. Gemulai gerak tarinya adalah ibadah. Semurni irama puja kepada Illahi. Nafas doanya berpadu cipta”.

Itulah sepenggal puisi Ibu Sukmawati yang dibacakan dalam acara Indonesia Fashion Week yang langsung menjadi viral di medsos karena dianggap menista agama dengan melecehkan adzan dengan membandingkannya dengan hal lain. Sontak, sejumlah ormas dan pengacara bereaksi keras dengan melaporkannya ke Polda Metro Jaya.

Sehari kemudian ibu sukmawati muncul ke publik untuk meminta maaf kepada umat Islam atas polemik puisinya. Ia berkata "... dengan ini dari lubuk hati yang paling dalam, saya (Sukmawati menangis-red) mohon maaf lahir dan batin kepada umat Islam Indonesia khususnya bagi yang merasa tersinggung dan berkeberatan dengan puisi 'Ibu Indonesia'. " [detik com]

Lantas ada apa dengan adzan? mengapa begitu keras reaksi ummat islam menyikapi hal itu? Seberapa muliakah kedudukan adzan dalam islam?. Inilah pertanyaan yang banyak terbesit dalam hati netizen mengamati puisi kontroversial tersebut sehingga saya anggap penting mengangkat tema adzan ini.

Dalam islam, Adzan bukanlah sekedar tanda masuknya waktu shalat tetapi ia adalah panggilan Allah sang Maha Besar. Rasul SAW bersabda dalam hadits utama di atas : “Jika engkau mendengar suara adzan, maka penuhilah penyeru Allah itu” [HR Thabrani].
Bahkan dalam hadits lain, adzan disebut dengan “panggilan yang sempurna”. Rasul SAW bersabda : Barangsiapa yang ketika mendengar adzan ia mengucapkan :
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ
“Ya Allah, Rabb panggilan yang sempurna ini serta shalat yang didirikan anugerahilah Nabi Muhammad wasilah dan keutamaan. Tempatkanlah ia pada kedudukan yang mulia sebagaimana Kau janjikan.”
Niscaya dia layak mendapat syafa’atku pada hari Kiamat. [HR Bukhari]

Adzan adalah panggilan yang terbaik. Allah swt berfriman :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ...
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah... [QS Fushshilat : 33]

Sayyidah A’isyah RA berkata : orang yang menyeru kepada Allah adalah Muadzdzin (orang yang adzan) Tatkala ia berkata “Hayya Alas Sholah” maka sungguh ia telah menyeru kepada Allah. Dan Ibnu Umar RA berpendapat bahwa ayat tersebut memang turun berkenaan dengan orang yang adzan [Tafsir Ibnu Katsir] dan ada 4 Tingkatan penyeru ke jalan Allah. Pertama, Para Nabi dengan Mukjizatnya, Kedua Para Ulama dengan Hujjahnya, Ketiga Para Mujahid dengan kekuatannya dan ke empat adalah Muadzdzin dengan suaranya menyeru kepada Jalan Allah swt. [I’anatut Thalibin]

Dengan demikian maka kita ketahui bahwa adzan bukanlah panggilan biasa, karena adzan merupakan panggilan sempurna dari dzat yang maha sempurna, Penguasa semesta Alam Allah swt. Jika demikian, layakkah diremehkan bahkan dilecehkan?. Coba kita bayangkan, jika seseorang mendapat panggilan undangan dari seorang raja atau presiden untuk diberi hadiah dan penghargaan? Apakah undangan tersebut bernilai biasa? Dengan perasaan yang biasa-biasa pula?

Pastilah tidak! Ia akan mengagungkan panggilan tersebut bahkan boleh jadi ia akan mengabadikan undangannya. Lantas bagaimanakah dengan panggilan adzan yang mulia dari dzat yang maha mulia, untuk diberikan hadiah yang mulia nan istimewa? “Hayya Alal Falah” (marilah menuju keberuntungan).
Panggilan adzan itu merupakan panggilan keberuntungan. Bagaimana tidak, panggilan raja hanya akan mendatangkan sekeping emas namun Panggilan Allah akan mendatangkan gunung emas dan permata yang tak ternilai harganya karena balasannya adalah surga. Nabi SAW bersabda : “Apabila penyeru adzan mengucapkan Allahu Akbar, Allahu Akbar maka salah seorang dari kalian menjawab Allahu Akbar, Allahu Akbar dst...sampai tatkala muadzin mengucapkan, Laa ilaahaa illallah maka dia menjawab, Laa ilaaha illallahu dengan setulus hatinya, maka ia akan masuk surga.”[HR. Muslim]

Panggilan adzan itu bukanlah panggilan biasa karena itu setanpun lari mendengarnya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda :
إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ التَّأْذِينَ فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ
Jika adzan dikumandangkan maka setan lari berpaling sambil terkentut-kentut dengan keras sehingga ia tidak mendengar adzan. Dan jika seruan adzan selesai, dia datang lagi. [HR Bukhari]

Sebagai sebuah panggilan untuk menunaikan sholat, Adzan disunnahkan untuk dikumandangkan dengan keras, hal ini berbeda dengan adzan untuk bayi yang dibaca secara pelan[Lihat I’anatut Thalibin]. Di zaman Rasul, Adzan dikumandangkan dari tempat yang tinggi. Ummu Zaid bin Tsabit berkata :
كان بيتي أطول بيت حول المسجد فكان بلال يؤذن فوقه من أول ما أذن إلى أن بنى رسول الله صلى الله عليه وسلم مسجده فكان يؤذن بعدُ على ظهر المسجد وقد رفع له شيء فوق ظهره
Rumahku adalah rumah paling tinggi yang berada di sekitar masjid (Nabawi), maka Bilal mengumandangkan adzan dari atas rumahku dari masa permulaan adzan sampai Rasul SAW membangun masjidnya. Barulah setelah itu, Bilal adzan dari atas dataran tinggi dari masjid yang mana disitu ditinggikan. [Thabaqat/Tafsir Haqqi]

Ada sebuah perbincangan menarik antara muslim dan non muslim mengenai adzan dengan suara keras. Non muslim (NM) bertanya : “Kenapa kalau adzan harus dibunyikan keras-keras dengan speaker pula?”. Muslim (Ms) :  “Bro, adzan itu adalah panggilan sholat, pasti dong namanya panggilan tidak mungkin dengan cara yang sama seperti berbicara atau berbisik-bisik”. NM : “Tapi kan di orang-orang sekitar tidak semuanya muslim?”. Ms: “Benar. Bro, kita sekarang sedang ada di bandara, dengar kan announcement bandara selalu memberikan panggilan boarding? Apakah kamu juga mempertanyakan ke mereka mengapa melakukan panggilan boarding pesawat yang lain keras-keras padahal bukan panggilan pesawatmu?”. NM : “Tapi kan hari gini semua orang sudah tahu dengan teknologi jam berapa waktu sholat apa, apa masih harus adzan keras-keras?”. Ms: “Ya setiap penumpang juga kan sudah tau jadwal penerbangannya sejak pesan dan memegang tiket, kemudian check-in, sudah tercetak jadwal keberangkatannya di boarding pass, sudah masuk ruang tunggu, tapi tetap bandara melakukan panggilan boarding bukan? Dan ada satu hal lagi mengapa adzan harus dikumandangkan, itu bukan hanya sebagai penanda sudah masuk waktu sholat tapi benar-benar panggilan sholat, karena kami harus menyegerakan sholat. Sama halnya semua penumpang harus menyegerakan masuk pesawat setelah panggilan boarding, walaupun masih ada waktu naik pesawat sampai pesawat tutup pintu”. Mendengar jawaban ini NM tersenyum lebar dan setengah memeluk sambil menepuk-nepuk bahu Ms dan NM berkata : “Super, I got it bro“ [swamedium com]

Selanjutnya, marilah kita introspeksi diri kita sendiri jangan-jangan kita juga melecehkan adzan karena bermalas-malasan mendatangi panggilan adzan bahkan cuek dan pura-pura tidak mendengarnya. Kita sangat perhatian kepada panggilan di bandara karena tidak rela ketinggalan Pesawat Sementera tidak menghiraukan adzan sehingga ketinggalan sholat. Astagfirullah. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk lebih semangat dan istiqamah menjawab dan mendatangi panggilan Allah untuk sholat lima waktu.

Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari,SS., M.Ag

Kajian Hadits
ONE DAY ONE HADITH
GROUP WA ALVERS
Sistem SPA+
✔S Singkat
✔P Padat
✔A Akurat
✔A Aktual
SEGERA MILIKI BUKUNYA
Pemesanan Hub.
CP. Ust. Muadz
0812-1674-2626
Bisa kirim ke seluruh indonesia

Ayo Mondok di
*Pesantren Wisata*
AN-NUR 2 AL-MURTADLO
Malang Jatim
Pesantren ahlus sunnah wal jamaah NU yang mengajarkan KITAB KUNING dengan metode quantum learning,
✔1 tahun dapat baca kitab (kelas 2 SMP) dan
✔hafal fathul qarib
✔tersedia kelas tahfidz
✔Sekolah tinggi ilmu kitab kuning
✔Sekolah formal di dalam pondok (MI-SMP-SMA-S1-Pasca)

dengan LOKASI yang didesain dengan nuansa yang asri dan dilengkapi beberapa wahana layaknya wisata seperti
✔Flying fox,
✔rumah pohon,
✔terapi ikan,
✔mini zoo
✔replika baytur rosul
✔monumen cincin rasul
✔dll .

Fasilitas
ONE STOP SERVICE
di dalam lokasi pondok :
✔Bank BNI
✔Atm BNI, Atm BRI Syariah,
✔layanan keuangan Mobile
✔pertokoan, kantin dll

ANNUR 2 (Cahaya Dzohir Bathin, Wisata Jasmani dan Rohani)
Pendaftaran :
Info
0341-833235
annur2 net

Kamis, 26 Juli 2018

Kebaikan Gus Dur Tidak Ingin Terlihat

Masihkah meragukan Gus Dur....

INILAH YANG KAMI SEBUT SEORANG MALAMATIYAH.
Orang yang tidak ingin kebaikannya diketahui orang lain, justru menampakkan keburukan agar dicaci maki sehingga kadar kedekatannya dengan Allah tidak diketahui satu makhluk pun.

SEBUAH TELADAN:

*KH. Marzuki Mustamar : Gus Dur Tidak Ingin Kebaikannya Dibicarakan Orang*

Inilah alasan mengapa Gus Dur sering ke gereja dan dekat dengan non-muslim, oleh KH. Marzuki Mustamar.

Tadi malam saat memberikan mau'idloh dlm acara Haul Mbah Ibrohim Asmoroqondi, KH. Marzuki Mustamar berkisah banyak tentang Gus Dur yang tentu layak kita jadikan inspirasi :

*Kisah Pertama*

Di suatu saat Kyai Mahfud (sahabat dekat Gus Dur) menyampaikan sebuah fakta kepada KH. Marzuki Mustamar tentang alasan Gus Dur dekat dengan para pastur, seperti Romo Mangun.

Gus Dur menyampaikan bahwa "Tujuanku dekat dengan "Si Romo" adalah agar dia menghentikan misi kristenisasinya".

Diketahui bahwa Si Romo ini memang seorang misionaris, yakni biasanya mendatangi desa-desa terpencil dan membagikan sembako disertai nasehat atau ceramah tentang kekristenan. Maka, setelah Gus Dur dekat dengannya tentu sering diajak ke tempat-tempat tersebut dan tentu juga tak mungkin Si Romo melancarkan misinya karena malu kepada Gus Dur.

*Kisah Kedua*

Gus Dur pernah ditanya oleh Kyai Marzuki sendiri mengapa sering ke gereja, maka jawab beliau : "Apa tidak boleh aku ikut merawat umat yang tercecer ?", Apa kamu kira di gereja tidak ada umat islam yang bekerja di sana ?, Apa salah bila di Gereja aku menyampaikan kebenaran tentang islam, agar mereka mengetahui tentang islam yang sebenarnya, sehingga yang muslim tetap islam dan yang kristen bisa masuk islam ?".

Biasanya Gus Dur juga bertanya dan menasehati para muslim yang bekerja di gereja ; "Kamu masih islam kan ?, kuatkan ke islaman-mu !".

*Kisah Ketiga*

Pernah diketahui bahwa Gus Dur "terlihat kontras" dengan Mbah Yai Maimun Zubair, Sarang. Namun nyatanya saat Gus Dur wafat yang termasuk jadi imam sholat jenazah adalah beliau. Dan saat peringatan 1000 hari wafatnya Gus Dur, Mbah Yai Maimun Zubair memimpin kegiatan tahlilan dan punya kesempatan menyampaikan fakta yang sungguh mengharukan.

Bahwa ternyata semua adalah rekayasa Gus Dur sendiri agar beliau tidak dibicarakan kebaikannya saat masih hidup, yakni saat Mbah Yai Maimun "mau mantu", Gus Dur bermaksud menawarkan bantuan beberapa puluh juta rupiah kepada MbahYai Maimun dengan catatan ini dirahasiakan dan hanya beliau berdua yang mengetahui, bahkan Gus Dur malah merekayasa agar seakan-akan "ada permusuhan" di antara keduanya.

Maka selanjutnya terjadilah, banyak orang mencibir Gus Dur dan menyebutnya santri yang sudah tidak perhatian dan taat kepada Kyai.

*Kisah Keempat*

Di sini ada dua kisah yang dialami sendiri oleh KH. Marzuki Mustamar :

Kisah pertama : setelah peringatan 40 hari wafatnya Gus Dur, tiba-tiba ada tamu yang datang ke "ndalem" KH. Marzuki Mustamar dan memberikan sebuah piagam juga beberapa ratus sarung pemberian Gus Dur. Kyai Marzuki Mustamar bertanya : "Kok tidak diberikan saat beliau masih hidup ?", si tamu menjawab: "Karena ini adalah wasiat Gus Dur".

Kenapa piagam dan sarung ?. Diketahui bahwa KH. Marzuki Mustamar telah berhasil menguasai gereja di Malang dengan mengislamkan banyak orang di sana, sehingga gerejanya jadi kosong. Lalu KH. Marzuki Mustamar membeli gereja itu dan menjadikannya madrasah.

Rupanya Gus Dur mendengar hal tersebut dan berinisiatif memberikan "penghargaan" dan sejumlah sarung sebagai bentuk dukungan bagi para mu'allaf. Namun hal ini tidak beliau berikan semasa masih hidup karena tidak ingin kebaikannya dibicarakan banyak orang.

Kisah kedua, yaitu setelah 100 hari peringatan wafatnya Gus Dur, ada tamu lagi yang datang ke "ndalem" KH. Marzuki Mustamar dan menyerahkan tiga koper tas yang setelah dibuka berisi uang Rp 3.000.000.000 (3 miliar). Tamu tersebut menyampaikan pesan bahwa uang tersebut adalah pemberian Gus Dur dan agar dibagikan ke para yatim piatu se-Kabupaten Malang.

Lagi-lagi Gus Dur tidak mau kebaikannya dibicarakan selama masih hidup, maka beliau berwasiat demikian.

*Kisah Kelima*

Setelah terjadinya "Bom Bali", Gus Dur sangat sedih dan bingung, yakni memikirkan kondisi "keamanan" kaum muslimin di sana, maka atas kecerdasan Ilahy nya Gus Dur mengangkat ketua Hindu Bali sebagai ketua dewan Syuro PKB yang tentu ini ditentang banyak orang termasuk dari kalangan NU, namun beliau tetap pada pendiriannya.

Faktanya, respon masyarakat Hindu kepada Islam tetap baik-baik saja, terutama kepada NU. Kemudian saat KH. Marzuki Mustamar datang ke Bali untuk berceramah, beliau cukup menunjukkan KARTANU (Kartu Anggota NU) kepada aparat kepolisian yang berjaga-jaga dan beliau pun aman dalam berdakwah.

Fakta kedua, dikabarkan bahwa ketua Hindu tersebut akhirnya masuk Islam dan jadi muslim yang taat sampai saat ini.

*Kisah Keenam*

Sepeninggal Gus Dur, banyak sekali diketemukan bangunan Masjid dan tanah wakaf yang berasal dari pemberian beliau, hingga luar pulau bahkan sampai negara Belanda, maka sebab hal-hal inilah beliau dekat dengan tokoh-tokoh non-muslim hanya demi melancarkan strategi dakwahnya, termasuk meloloskan izin pendirian sebuah Masjid di Belanda yang saat ini ketua ta'mirnya adalah putra ketua Korcab Banser se-Kabupaten Malang.

-----------------------------

Inti Mauidloh Hasanah KH. Marzuki Mustamar :

LEBIH BAIK DIANGGAP BURUK NAMUN KENYATAANNYA BAIK, DARI PADA DIANGGAP BAIK TAPI KENYATAANNYA BURUK.

Ya Allah, ridloilah Gus Dur, tempatkanlah beliau di tempat terbaik di sisi-Mu, dan jadikanlah kami para pengikutnya senantiasa menetapi islam, iman dan ihsan sesuai haluan Ahlussunah wal Jama'ah, Aamiinn...

Dlm acara haul Mbah Ibrohim Asmoroqondi, Palang - Tuban.

Selasa, 24 Juli 2018

NU dan Politik

Nahdlatul Ulama (NU) memang sulit dipisahkan dari dunia politik, karena organisasi ini sudah puluhan tahun berkutat di dalamnya. Namun berpolitik menurut NU memiliki kriteria dan tujuan sendiri, bukan dilakukan dengan segala cara hanya sekadar untuk meraih kekuasaan.

Dalam Muktamar ke-28 di Yogyakarta (1989) dirumuskan 9 (sembilan) Pedoman Politik Warga NU, yaitu garis-garis pedoman untuk melangkah bagi kaum Nahdliyin yang menerjuni dunia politik dengan tetap menjunjung tinggi Khitthah Nahdlatul Ulama. Di lingkungan NU juga dikenal istilah Politik Kebangsaan, Politik Kerakyatan dan Politik Kekuasaan.

Berikut ini 9 Pedoman Politik Warga NU:

1. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama mengandung arti keterlibatan warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara menyeluruh sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

2. Politik bagi Nahdlatul Ulama adalah politik yang berwawasan kebangsaan dan menuju integrasi bangsa dengan langkah-langkah yang senantiasa menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan untuk mencapai cita-cita bersama, yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur lahir batin, dan dilakukan sebagai aural ibadah menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

3. Politik bagi Nahdlatul Ulama adalah pengembangan nilai-nilai kemerdekaan yang hakiki dan demokratis, mendidik kedewasaan bangsa untuk menyadari hak, kewajiban dan tanggung jawab untuk mencapai kemaslahatan bersama.

4. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah dilakukan dengan moral, etika dan budaya yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berperikemanusiaan yang adil dan beradab, menjunjung tinggi persatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama haruslah dilakukan dengan kejujuran nurani dan moral agama, konstitusional, adil, sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang disepakati, serta dapat mengembangkan mekanisme musyawarah dalam memecahkan masalah bersama.

6. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama dilakukan untuk memperkokoh konsensus-konsensus nasional, dan dilaksanakan sesuai dengan akhlakul karimah sebagai pengamalan ajaran Ahlussunnah Waljamaah.

7. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama, dengan dalih apapun, tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan kepentingan bersama dan memecah belah persatuan.

8. Perbedaan pandangan di antara aspiran-aspiran politik warga NU harus tetap berjalan dalam suasana persaudaraan, tawadhu’ dan saling menghargai satu sama lain, sehingga di dalam berpolitik itu tetap dijaga persatuan dan kesatuan di lingkungan Nahdlatul Ulama.

9. Berpolitik bagi Nahdlatul Ulama menuntut adanya komunikasi kemasyarakatan timbal balik dalam pembangunan nasional untuk menciptakan iklim yang memungkinkan perkembangan organisasi kemasyarakatan yang lebih mandiri dan mampu melaksanakan fungsinya sebagai sarana masyarakat untuk berserikat, menyalurkan aspirasi serta berpartisipasi dalam pembangunan.

#copas

Senin, 07 Mei 2018

UKIRLAH MASA DEPAN


اللهم صل وسلم عدد من احب النبى والصديق على سيدنا محمد افضل من يدعو الى الحق صلاة وسلاما ننال بهما حسن الرفيق وامان الطريق والفرج من كل شدة وضيق وعلى اله وصحبه ومن بالنبى تعلق

  Tidak ada "orang baik" yang tidak punya masa lalu,
Dan tidak ada "orang  jahat" yang tidak punya masa depan.

  Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk berubah menjadi lebih baik.

  Bagaimanapun masa lalunya dahulu, sekelam apa lingkungannya dulu, dan seburuk apa perangainya di masa lampau.

  Berilah kesempatan seseorang untuk berubah.

  Karena, seseorang yang "hampir membunuh Rasul" pun kini berbaring di sebelah makam beliau. : Umar bin Khattab.

  Jangan melihat seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang pernah berperang melawan agama Allah pun akhirnya menjadi pedang-nya Allah : Khalid bin Walid

  Jangan memandang seseorang dari status dan hartanya, karena sepatu emas fir'aun berada di neraka, sedangkan terompah Bilal bin rabah terdengar di syurga.

Intinya, Jangan memandang remeh seseorang karena masa lalu dan lingkungannya, karena bunga teratai tetap mekar cantik meski tinggal di air yang kotor.

  Maka untuk jadi hebat yang diperlukan adalah kuatnya tekad.

  Tak perlu pusingkan masa lalu, tak perlu malu dengan tempat asalmu, jika kau mau.

  Kau bisa menjadi laksana bunga teratai yang tinggal di air yang kotor namun tetap mekar mengagumkan.

  Berubah dan bangkit jauh lebih indah dari pada diam dan hanya bermimpi tanpa melakukan tindakan apapun.

  INGATLAH!!!

  Jika semua yang kita kehendaki terus kita miliki, dari mana kita belajar ikhlas...

  Jika semua yang kita impikan segera terwujud, darimana kita belajar Sabar...

  Jika setiap do’a kita terus dikabulkan, bagaimana kita dapat belajar Ikhtiar...

  Seorang yang dekat dengan Alloh, bukan berarti tidak ada air mata..

  Seorang yang tekun berdo’a, bukan berarti tidak ada masa² sulit..

  Biarlah Sang Penyelenggara Hidup yang berdaulat sepenuhnya atas   kita, karena hanya Dia-lah yang tahu waktu dan kondisi yang tepat untuk memberikan yang Terbaik..

  Tetap SEMANGAT…
Tetap SABAR…
Tetap IKHLAS…
Tetap SYUKUR...
Karena kamu sedang kuliah di universitas kehidupan...

  Orang yang Hebat tidak dihasilkan melalui Kemudahan, Kesenangan, dan Kenyamanan...

  Mereka dibentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN dan bahkan AIR MATA..

GANTUNGKAN SEPENUHNYA HIDUP KITA HANYA KEPADA ALLOH

Rabu, 02 Mei 2018

ANAK PERHIASAN YANG MAMPU MEMBAHAYAKAN

Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sungguh seorang manusia akan ditinggikan derajatnya di surga (kelak), maka dia bertanya, ‘Bagaimana aku bisa mencapai semua ini? Maka dikatakan padanya: (Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu. [HR Ahmad]

_Catatan Alvers_

Anak adalah kebanggan orang tuanya dan setiap orang tua ingin memiliki anak yang bisa dibanggakan. Allah SWT berfirman :
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَاباً وَخَيْرٌ أَمَلاً
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal dan shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Qs.al-Kahfi: 46)
Namun kenyataannya tidak semua anak demikian. Di ayat yang lain Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (Qs. At-Taghaabun:14)

Terlepas dari bangga atau tidaknya orang tua, maka hal yang urgent adalah melihat sisi mana yang menjadi kebanggaan orang tua. Sebab dari sinilah muncul permasalahan besar.Terdapat kisah dari ibu siti yang berkunjung ke sebuah rumah sakit, membezuk anak temannya yang sedang sakit. Teman ini seorang wanita karir lulusan S2 dari sebuah universitas ternama. Anaknya adalah seorang anak perempuan yang cantik, umurnya baru 6 tahunan. tak lupa ia membawakan sebuah boneka sebagai buah tangan. Anak tersebut dengan cepat mengenalinya sebagai teman mamanya . "bu siti ya?" " Ayoo.. bu siti.. 42: 6 berapa?” Sambil menirukan gaya mengajar bu gurunya di kelas, " bu siti ..ayo..buat kalimat.. saya pergi ke sekolah setelah itu pulangnya ke mall, bisa?" Tahukah anda? Anak tersebut berada rumah sakit Jiwa di kawasan Jakarta Timur. Apa yg sebenarnya terjadi? Ternyata menurut psikolog , anak ini terlalu di forsir. dia mengikuti les matematika dan pelajaran sekolah yang target tugasnya 1 buku harus selesai 10 menit, kemudian les bahasa inggris, terus PR sekolah, dan les-les yang lain sampai anak ini terlalu jenuh dan akhirnya mengalami gangguan jiwa akibat terlalu banyak tekanan belajar. Yang mengharukan, saat melihat sang bunda menangis, si anak cuma bilang.."bunda jangan nangis. aku kan pinter. tapi aku ga mau tidur sama bunda yaa. aku maunya sama dokter ganteng/cantik aja.."

Begitulah akibatnya jika orang tua terobsesi dengan prestasi dan kompetisi anak. Maka ketahuilah bahwa logika kompetisi dalam pendidikan adalah logika yang menyesatkan. Anak berprestasi itu tidak diukur dari jumlah juara dan piala. Alfie Kohn di tulisannya berjudul The Case Against Competition. Setelah melakukan kajian terhadap riset di bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, biologi dan bidang lainnya, beliau menyimpulkan bahwa kompetisi pada dasarnya buruk. Kompetisi yang sehat dalam pendidikan adalah istilah yang rancu dan kontrakdiktif. Kompetisi pada harga diri anak ibarat gula pada gigi. Seperti semakin banyak gula maka semakin rusak gigi, begitu pula dengan kompetisi, semakin banyak diikuti semakin merusak harga diri anak. Sebab doktrin yang tertanam pada anak adalah “Menjadi baik tidaklah cukup, bila tidak mengalahkan semua lawan”.

Lain halnya dengan cerita berikut. Suatu hari seluruh orang tua murid diminta datang ke sekolah anaknya untuk melihat hasil belajarnya. Anaknya maju ditemani seorang pria, yang ternyata guru ngajinya. Anak itu berkata : Ayah, aku ingin membaca Surah Al Kahfi. Dengan suara indahnya sang anak mulai melantunkan ayat demi ayat. Ketika sang guru bertanya: Kenapa kamu mengaji? Sang anak menjawab : Aku ingin menjadi anak shaleh yang bisa mendoakan kedua orang tuaku masuk Surga. Semua orang tua yang hadir bergetar hatinya dan melinangkan air mata, begitu juga ayahnya, Ia lebih tersentak hatinya. sambil menangis tersedu, Ia memeluk anaknya. lalu berbicara : Saya menyekolahkan anak ini, dengan harapan ia menjadi orang yang pintar, hebat dan kaya agar kelak ia dapat membahagiakan kami dengan hartanya. Namun hari ini anak saya membuktikan, hatinya jauh lebih mulia dan jauh lebih hebat, karena mengharapkan kami, orang tuanya masuk Surga. Subhanallah.
Benarlah hadits Nabi yang berbunyi:
الولد الصالح ريحانة من رياحين الجنة
Anak yang shaleh adalah wewangian dari surga. [Faidlul Qadir]. Anak adalah harta yang paling berharga. Alangkah Indahnya apabila kita mempunyai anak seperti mereka yang tidak hanya menjadi kebanggaan di dunia tetapi juga di akhirat kelak seperti keterangan hadits di atas. Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menyadari bahwa prestasi anak bukanlah dengan sejumlah piala yang dikumpulkannya tapi bagaimana mereka taat kepada Rabbnya dan menjadi anak yang shalih yang selalu mendoakan orangtuanya.

Salam Satu Hadits,
Dr.H.Fathul Bari,SS.,M.Ag