Sabtu, 22 Februari 2020

Warga NU Tidak Boleh Diam

WARGA NU BUKAN LAGI WAKTUNYA DIAM.!!!

Kutipan KH. Hasyim As'ary dalam kitab Khit 26 :

إذا ظهرت الفتن أو البدع وسب أصحابي، فليظهر العالم علمه،  فمن لم يفعل  لك فعليه لعنة الله والملائكة  والناس أجمعين .

(Jika fitnah dan bid'ah bermunculan dan sahabat-sahabatku dicaci-maki maka hendaklah orang yg tahu tampil kemuka dg pengetahuannya. Barang siapa tidak melakukan itu maka akan tertimpa kutukan Allah, para malaikat, dan semua manusia).

Jadi, melawan fitnah, hoax, caci-maki kepada orang baik-baik itu adalah tugas keagamaan.

Warga NU yg punya ilmu tidak boleh tinggal diam. ..!

Ketika keadaan baik-baik mereka tidak boleh menonjolkan diri, tetapi ketika banyak hoax berseliweran,  Mereka harus.!!!. Wajib.!!
Tidak boleh tidak tampil untuk mengambil panggung.

Jangan kamu pandang tokoh yang punya pondok pesantren gedung megah santri banyak jamaahnya ribuan Dia seorang singa atau macan "alim soleh.

Kalau tidak mampu berargument atau mensiarkan agama untuk menangkal hoax fitnah secara suka rela memang demikian kurangnya wawasan hanya monoton kepesantrenan

Jangan kau anggap seorang mubaliqh yang tenar laku di pasaran adalah seorang alim soleh berilmu mimpuni bidang agama.
Dengan demikian kalau apabila tidak mampu menangkis dengan kritikan tajam menjabarkan kebenaran sikap NU yang sesuai islam nusantara di bumi persada NKRI 

Dengan demikian bila tidak berani menangkis fitnah hoaxs dari tokoh salafussolikhin yang sebagai panutan.

Jangan kau anggap rendah kurang wawasan dengan bagaikan macan pendiam atau tidak tidor bila dengan demikian selalu usik berisik mengkritik demi dakwah membawa kebaikan penjelasan kebenaran demi menangkal fitnah hoaxs kedurjanaan

... se alim se tinggi ilmu agama bila tidak berpengalaman akan di makan ular berbisa

#sayyidseifalwi
#santrimoderat

Tabarruk Ajaran Islam

Akhirnya Aku Tidak Lagi Percaya Pada Syaikh Nashiruddin Al-Albani

Dialog Sunni vs Wahabi tentang tabaruk dengan makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang shaleh.

WAHABI: “Mengapa mayoritas umat Islam banyak yang berziarah ke makam para wali dengan tujuan tabaruk? Padahal demikian itu termasuk kesyirikan menurut kami, kaum minoritas, yang kalian cap sebagai Salafi-Wahabi?”

SUNNI: “Tabaruk dengan makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang shaleh termasuk bagian dari ajaran Islam yang berlangsung sejak masa sahabat radhiyallahu ‘anhum.”

WAHABI: “Adakah riwayat yang shahih bahwa para sahabat bertabaruk dengan makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?”

SUNNI: “Banyak sekali riwayat yang shahih mengenai hal ini, dan disebutkan dalam sekian banyak kitab-kitab hadits dan sejarah. Antara lain riwayat dari Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha, dalam Sunan al-Darimi sebagai berikut:

حدثنا أبو النعمان ثنا سعيد بن زيد ثنا عمرو بن مالك النكري حدثنا أبو الجوزاء أوس بن عبد الله قال : قحط أهل المدينة قحطا شديدا فشكوا إلى عائشة فقالت انظروا قبر النبي صلى الله عليه و سلم فاجعلوا منه كووا إلى السماء حتى لا يكون بينه وبين السماء سقف قال ففعلوا فمطرنا مطرا حتى نبت العشب وسمنت الإبل حتى تفتقت من الشحم فسمي عام الفتق. قال حسين سليم أسد : رجاله ثقات وهو موقوف على عائشة

“Telah bercerita kepada kami Abu al-Nu’man, telah bercerita kepada kami Sa’id bin Zaid, telah bercerita kepada kami Amr bin Malik al-Nukri, telah bercerita kepada kami Abul-Jauza’ Aus bin Abdullah, berkata: “Suatu ketika penduduk Madinah mengalami musim paceklik yang sangat parah. Mereka mengadu kepada Aisyah. Lalu Aisyah berkata: “Kalian lihat makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, buatkan lubang dari makam itu ke langit, sehingga antara makam dan langit tidak ada atap yang menghalanginya.” Mereka melakukannya. Setelah itu, hujan pun turun dengan lebat sekali, sehingga rerumputan tumbuh dengan subur dan unta-unta menjadi sangat gemuk.” (HR. al-Darimi [98].

Husain Salim Asad berkata: “Para perawinya dipercaya, dan hadits ini mauquf kepada Aisyah”).

Dalam hadits di atas jelas sekali, para sahabat dan kaum Salaf bertabaruk dengan makam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghadapi musim paceklik.”

WAHABI: “Maaf, hadits tersebut meskipun shahih atau hasan menurut Syaikh Husain Salim Asad, menurut ulama yang paling kami kagumi, yaitu Syaikh al-Albani, hadits tersebut termasuk hadits dha’if. Jadi kami tidak dapat menerima dalil tersebut.”

SUNNI: “Apa alasan Syaikh al-Albani mendha’ifkan hadits mauquf tersebut?”

WAHABI: “Pertama, hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Darimi melalui Abu al-Nu’man, seorang perawi yang mengalami ikhtilath pada masa akhir hayatnya, dan kita tidak tahu, apakah al-Darimi mendengar hadits darinya sebelum terjadi ikhtilath atau sesudahnya. Oleh karena itu Syaikh al-Albani menjadikan Abu al-Nu’man ini sebagai salah satu alasan kelemahannya”

SUNNI: “Maaf, melemahkan hadits di atas dengan alasan Abu al-Nu’man tidak dapat diterima, dan bukti kecerobohan al-Albani.  Mengapa demikian? Abu al-Nu’man seorang perawi tsiqah (dipercaya) yang populer. Meskipun pada masa akhir hayatnya mengalami ikhtilath, haditsnya tetap diterima karena dua alasan. 1) Al-Imam Ibnu al-Shalah berkata:

عارم محمد  ابن الفضل اختلط بأخرةٍ، فما رواه عنه البخاري ، ومحمد بن يحيى  الذهلي، وغيرهما من الحفاظ ينبغي أن يكون مأخواً عنه قبل اختلاطه . اهـ .

“Arim Muhammad bin al-Fadhal (Abu al-Nu’man), mengalami ikhtilath pada masa akhir hayatnya. Sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muhammad bin Yahya al-Dzuhli dan para huffazh, hendaknya diambil darinya sebelum ikhtilath.” (Muqaddimah Ibn al-Shalah, hal. 426).

Bahkan al-Hafizh al-‘Iraqi berkata:

وكذلك ينبغي أن يكون من حدث عنه من شيوخ البخاري ومسلم.اهـ.

“Demikian pula orang yang menerima hadits dari Abu al-Nu’man dari guru-guru al-Bukhari dan Muslim (hendaknya dianggap menerima sebelum ikhtilath).” (al-Taqyid wa al-Idhah, hal. 462).

Sementara al-Darimi, perawi hadits di atas, termasuk guru-guru al-Bukhari dan Muslim. Berarti al-Darimi menerima hadits tersebut sebelum Abu al-Nu’man ikhtilath. Kalau al-Albani mendha’ifkan riwayat di atas, karena alasan Abu al-Nu’man, berarti al-Albani harus mendha’ifkan pula hadits-hadits Shahih al-Bukhari yang melalui jalur Abu al-Nu’man. Bukankah Abu al-Nu’man trmasuk perawi Shahih al-Bukhari?

2) Terkait ikhtlathnya Abu al-Nu’man, al-Dzahabi telah mengutip pembelaan al-Daraquthni yang menegaskan dalam Mizan al-I’tidal (4/8), bahwa setelah Abu al-Nu’man mengalami ikhtilath, tidak nampak hadits-haditsnya yang munkar. Karena itu, ia harus tetap dikatakan tsiqah. Oleh karena itu, mendhaifkan hadits di atas dengan alasan Abu al-Nu’man harus ditolak. Yang lucu, al-Albani dalam bukunya al-Tawassul (hal. 128) mengutip pernyataan Ibnu al-Shalah bahwa Abu al-Nu’man termasuk perawi yang ikhtilath. Tetapi al-Albani, tidak mengutip pernyataan Ibnu al-Shalah yang menjelentrehkan persoalan bahwa ikhtilathnya Abu al-Nu’man tidak berpengaruh terhadap hadits-hadits al-Bukhari, al-Dzuhli dan para huffazh kibar. Jadi al-Albani, panutan Anda, memang lucu.”

WAHABI: “Maaf, seandainya Abu al-Nu’man memang tetap tsiqah, dan ikhtilathnya tidak melemahkan terhadap hadits di atas, dalam hadits di atas terdapat illat lain, yaitu Sa’id bin Zaid, yang menjadi perbincangan para ulama. Karena itu, Syakh al-Albani, panutan kami, melemahkan hadits di atas karena alasan Sa’id bin Zaid tersebut.”

SUNNI: “Maaf ya, panutan Anda, Syaikh al-Albani tidak jujur mengenai Sa’id bin Zaid. Ketika Sa’id bin Zaid meriwayatkan hadits mengenai tawasul dan tabaruk, sebelum dalam hadits di atas, al-Albani mendha’ifkannya. Tetapi ketika Sa’id bin Zaid meriwayatkan hadits yang tidak menyangkut tawasul dan tabaruk, al-Albani menilainya perawi yang haditsnya hasan. Kalau tidak percaya, coba Anda cek dalam kitab al-Albani, Irwa’ al-Ghalil juz 5 hal. 338. Jadi, dalam beragama, Anda jangan mengikuti orang yang tidak jujur seperti al-Albani. Ikuti saja Ahlussunnah Wal-Jama’ah dan ahli hadits. Jangan ikut wahabi.”

WAHABI: “Maaf, Syaikh al-Albani mendhaifkan hadits di atas, juga karena ada perawi yang bernama Amr bin Malik al-Nukri. Jadi masih ada alasan lagi, selain dua alasan bohong tadi. Kalau yang ini, Syaikh al-Albani pasti benar.”

SUNNI: “Saya sudah bilang, al-Albani tidak dapat dipercaya. Dalam kitab al-Tawassul, al-Albani melemahkan hadits di atas, juga karena alasan Amr bin Malik al-Nukri. Tapi dalam kitab yang lain, al-Albani justru menilai Amr bin Malik al-Nukri seorang perawi yang tsiqah. Kalau tidak percaya, Anda cek kitab Silsilah al-Ahadits al-Shahih juz 5 hal. 608. Di situ al-Albani menganggap Amr bin Malik al-Nukri sebagai perawi tsiqah. Bahkan dalam ta’liq kitab Fadhl al-Shalah ‘ala al-Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam, hal. 88, al-Albani menilainya tsiqah juga. Karenanya, jangan coba-coba kamu percaya sama al-Albani, pasti kamu diakali. Apalagi para pengikut al-Albani yang di Indonesia, hati-hati dengan mereka.”

Setelah si Wahabi tadi membuka kitab-kitab al-Albani yang ditunjukkan tadi, ia terbelalak. Betapa selama ini al-Albani telah banyak membohonginya. Akhirnya ia bertanya, “Menurutmu, hadits di atas bagaimana?”

SUNNI: “Hadits di atas nilainya hasan atau shahih.”

WAHABI: (semakin ragu-ragu dengan al-Albani dan murid-muridnya).

Wassalam

Sabtu, 15 Februari 2020

Debat Kiyai Mencari Menantu

Syahdan, ada kiai NU ahli qoidah fiqih yang sedang mencarikan menantu untuk untuk salah satu dari dua anak gadisnya, yang pertama jelek dan yang kedua cantik. Setelah melakukan proses pencarian yang teliti dengan berbagai pertibangan, akhirnya, ditemukanlah sosok ideal. Pria beruntung tersebut, sebut saja Gus Gaul yang intelek, ahli debat dengan kumis tipis nan romantis bertengger di atas bibirnya.  Pada saat yang tepat, dipanggillah Gus Gaul itu ke rumah kiai tersebut. . Kiai: "Gus.... njenengan mau saya nikahkan dengan putri saya, berkenan kan njenengan?" tutur Kiai sambil menyerutup kopi. Gus : "Insyaallah, Kiai, karena saya sudah saatnya menikah." . Kiai: "Saya punya dua anak gadis, yang pertama jelek, yang kedua sangat cantik. Ya identiknya orang tua, pasti tahu anaknya cantik atau tidak. Hanya orang yang tidak normal yang mengatakan anak gadisnya tidak cantik," tutur Kiai. . Gus: "Terus, maksud njenengan?"... . Kiai: "Yang akan saya nikahkah denganmu adalah yang pertama yang tidak cantik itu...," tutur kiai . Gus : " Lho kok gitu Kiai? Saya kan ganteng, usia saya baru 25 tahun, plus romantis," dengan ekspresi kaget campur bingung. Kiai: "Betul itu Gus, .... tetapi dalam qoidah fiqih al-adath al-muhakkamah, adat tradisi bisa dijadikan sebagai pegangan hukum, Ya... meski putri saya yang pertama jelek, tapi tradisi masyarakat, anak yang tua itu harus yang didahulukan dinikahkan," tutur Kiai. . Gus :"Wah... maaf kiai, saya kelasnya baru santri, belum menguasai qoidah fiqih, jadi saya masih sehari-hari akrab dengan kitab-kitab nahwu," dengan nada pura-pura tidak membidangi qoidah fiqih. . Kiai: "Maksud njenengan?" . Gus: "Lho njenengan memahami qoidah fiqih salah satu modalnya adalah ilmu nahwu."  . "Dalam ilmu nahwu, mubtada itu memang harus didahulukan. khobar diakhirkan. Tapi dalam kitab Alfiyah ibnu Malik, diperbolehkan khobar muqoddam (khobar yang didahulukan)"....  . Nah, jadi meskipun umumnya yang tua yang duluan dinikahkan, tetapi tidak menyalahi aturan jika putri kedua panjenengan itu yang didahulukan dinikahkan dengan saya, dan putri pertama njenengan itu ya dinikahkan belakangan saja," tutur Gus itu dengan nada santai. . Kiai itu pun tidak berkutik dengan jawaban Gus tadi. . Tiba- tiba terdengar suara putri pertama kiai yang tersinggung dan dari tadi mendengar percakapan tersebut, dari dalam: "Gus.... dalam ilmu ushul fiqih, analogi njenengan itu qiyas fasidh (tidak relevan), ngak bisa menyamakan cari calon istri dengan analogi ilmu nahwu !!!". . Sedangkang putri kedua kiai yang cantik jelita, yang memang sudah jatuh cinta pada Gus tadi, dan sudah sering WhatsApp-an dengan Gus tersebut, ia mesam-mesem saja melihat itu. Sambil berkata: "Wah betul itu kata Gus, saya setuju". . Suasana pun agak tegang, putri pertama kiai akan kembali berkata dengan nada nyaring, matanya sudah melotot,  . Dari dalam, tiba-tiba muncullah ibu nyai, istrinya Kiai, sambil bilang: "Ini mau cari calon mantu, apa debat soal pilgub, jadi ramai begini. Bubar... bubar..... bubar.... Ini belum jadi menantu saja calon mertua sudah didebat, gimana nanti nanti sudah jadi mantu, cari yang lain saja abah kiai calon menantunya" !!!!. . Si Gus pun pergi meninggalkan rumah Kiai tersebut, sambil WA putri kedua kiai yang cantik jelita tadi: "Hi... Ning cantik.... kata orang mengaji ilmu sorof-nya, proses perjuangan cinta kita berdua, terdapat huruf 'ilat (kendala) masih butuh di-i'lal (proses mebuang harfu 'ilath) dengan perjuangan panjang :)" (Nasrulloh Afandi)

Sabtu, 08 Februari 2020

Atronot Wanita Muallaf

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kesaksian ASTRONOT WANITA JADI MU'ALAF

Sunita Williams, seorang wanita India pertama yang pergi ke bulan pada tanggal 9-07-2011.
Kembalinya dari Bulan langsung masuk dan memeluk Agama Islam.

Dia berkata :
''Dari Bulan seluruh Bumi kelihatan hitam dan gelap kecuali dua tempat yang terang dan bercahaya.
Ketika aku lihat dengan Teleskop, ternyata tempat itu adalah Mekkah dan Madinah. Di Bulan semua frekuensi suara tidak berfungsi, Tapi aku masih mendengar suara Adzan.''

Prof Lawrence E Yoseph :
Sungguh kita telah berhutang besar kepada umat Islam, dalam Encyclopedia Americana menulis :
"...Sekiranya orang-orang Islam berhenti melaksanakan thawaf ataupun shalat di muka bumi ini, niscaya akan terhentilah perputaran bumi kita ini, karena rotasi dari super konduktor yang berpusat di Hajar Aswad, tidak lagi memencarkan gelombang elektromagnetik .

Menurut hasil penelitian dari 15 Universitas :
Menunjukkan Hajar Aswad adalah batu meteor yang mempunyai kadar logam yang sangat tinggi, yaitu 23.000 kali dari baja yang ada !!

Beberapa astronot yang mengangkasa melihat suatu sinar yang teramat terang mememancar dari bumi, dan setelah diteliti ternyata bersumber dari Bait Allah atau Ka'bah.
Super konduktor itu adalah Hajar Aswad, yang berfungsi bagai mikrofon yang sedang siaran dan jaraknya mencapai ribuan mil jangkauan siarannya.

Prof Lawrence E Yoseph - Fl Whiple menulis :
"...Sungguh kita berhutang besar kepada orang Islam, shalat, tawaf dan tepat waktu menjaga super konduktor itu..."

Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi.
Radiasi yang berada di sekitar ka’bah ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam.
Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’,
artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.

Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi.

Sebab itu lah ketika kitìa mengelilingi Ka’Bah, maka seakan- akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.

Makkah juga merupakan pusat bumi.
Makkah adalah Pusat dari lapisan-lapisan langit Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang menyiratkan fakta ini.

Allah berfirman :
‘Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.’ (ar-
Rahman:33).

Menurut riwayat Ibnu Abbas dan Abdullah bin Amr bin As, dahulu Hajar Aswad tidak hanya berwarna putih tetapi juga memancarkan sinar yang berkilauan.
Sekiranya Allah subhanahu wata'ala tidak memadamkan kilauannya, tidak seorang manusia pun yang sanggup mamandangnya.
Dalam penelitian lainnya, mereka mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air.
Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut ( dari Ka’Bah ) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tatasurya kita.

Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam bersabda :
Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam.

Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Illaha illallah, Allahu Akbar

Betapa bergetar hati kita melihat dahsyatnya gerakan thawaf haji dan Umroh. Ini adalah jawaban fitnah dan tuduhan jahiliyah yang tak didasari ilmu pengetahuan ;
yaitu mengapa kaum Muslimin shalat ke arah kiblat dan bahwa umat Islam di anggap menyembah Hajar Aswad. Hanya Allah Yang Maha Kuasa Dan Segala-Galanya.

Subhanallah ..
Copas..

Kalau sedang online, sebarkan ke sesama muslim. (Berarti anda telah membelanjakan hartamu di jalan Allah).