Rabu, 29 Januari 2025

HASIL PENELUSURAN SEJARAH WAJAK

 TELISIK SEJARAH WAJAK

Kronologi

Riwayat perjalanan penelusuran sejarah/makam Mbah Rijek ini adalah bermula pada tahun 2000an ada seorang teman di kota Malang yang bertanya kepada saya bahwa di Wajak ada makam habib, saya menjawab tidak ada, sekian tahun berlalu tanpa ada keingin tahuan, setelah viralnya makam palsu dan dipalsukan yaitu KRT Sumodiningrat di Solo dengan nama Habib baalwi Yaman dan banyak ditemukannya makam-makam palsu dimana-mana, bertemulah dengan pemuda setempat didalam sebuah acara, dengan berbincang-bincang diantaranya membicarakan Makam Mbah Rijek dengan kejanggalan perubahan nama Mbah Rijek menjadi Habib Zein bin Saleh Assegaff maka muncullah semangat untuk menelusuri sejarah makam tersebutu dengan langkah awal membuat group whatsApp untuk menampung orang-orang yang seide dan mendukung gerakan penelusuran ini. Selanjutnya tim melakukan penggalian informasi sebanyak-banyaknya kepada msyarakat dengan hasil diantaranya yang kami sampaikan ini.

Sejarah Desa WAJAK dalam RPJM Des

Mengenai sejarah Desa Wajak sendiri belum ada yang baku, tetapi dari hasil temuan-temuan dan penelusuran yang dilakukan Kepala Desa (1990 – 2007) yang dijabat oleh Drs. Sucipto adalah sebagai berikut :

1.     Desa Wajak itu ada sejak zaman Majapahit ini terbukti dengan ditemukannya Patung Airlangga, uang Gobang serta bekas-bekas batu bata yag menurut ahli purbakala barang-barang tersebut adanya di zaman Majapahit.

2.     Dulu katanya desa Wajak ini merupakan hutan Aren, nama buah aren tersebut ada yang menyebutnya dengan nama Wajak , sehingga hutan itu disebut juga hutan Wajak dan di jadikan Desa dengan nama Desa Wajak.

3.     Tahun 1883 di desa Wajak sudah ada Pegadaian dan Loji.

4.     Tahun 1925 dibangun irigasi untuk mengatur pengairan di persawahan.

Desa Wajak dipimpin oleh seorang kepala desa. Adapun nama-nama kepala desa yang pernah memimpin Desa Wajak yang berhasil kami rangkum adalah :

1.     Arisdi / Gunardi Dono Oetomo

2.     Akoep Kerto

3.     Aris Sindu / H. Fatah

4.     Abdul Fatah

5.     Abdul Samat

6.     Soetomo

7.     Kamsoen

8.     Sucipto

9.     Djainuri mulai tahun 2007 s/d 2019

10.  Aris Sulistiyanto tahun 2019 - 2025

 

Hasil telisik sejarah Wajak hari ini Ahad, 25 Agustus 2024

Imam Z, P. Ghozali dan P. Hilmi

Sumber Bapak Edi Priyanto

Perubahan Nama Mbah Rijek menjadi Habib Zein bin Soleh Assegaf bermula adanya kunjungan rombongan Habaib dari Blitar dan Kediri datang ke makam tersebut dengan klaim bahwa mereka adalah keluarga Mbah Rijek sekaligus memberi plakat nama makam menjadi Habib Zein bin Soleh Assegaf. peristiwa ini terjadi sekitar tahun 2003. Kedatangan Habaib ini dibenarkan oleh Putra KH. Mashudi dengan kutipan bahwa dulu memang ada habaib yang kerumah Abah (katanya) yang meminta izin untuk memberi plang nama pada makam Mbah Rijek, tetapi Abah KH Mashudi tidak menanggapinya dengan arti lain tidak mengizinkan pemberian plang nama tersebut. Setelah beberapa waktu Abah/KH Mashudi ziarah ke makam Mbah Rijek beliau kaget karena ternyata sudah ada plang nama yang terpasang dengan nama "Makam Al-Ustad Habib Zein bin Saleh Assegaff itu.

Tanggapan masyarakat saat itu tidak mempermasalahkan karena memang banyak tidak mengetahui sejarah yang sebenarnya. Tetapi masyarakat sekitar secara nurani dan keyakinan tidak menerimanya karena sampai saat ini ketika mendoakan (tahlilan di makam) tetap menyebutkan Mbah Rijek bukan Habib Zein bin Soleh Assegaf.

Pada sekitar tahun 2021 datang lagi beberapa orang dari Pasuruan (kemungkinan adalah utusan) yang menanyakan kebenaran makam tersebut (Mbah Rijek /Habib Zein bin Soleh Assegaf) kepada masyarakat sekitar, oleh Bapak narasumber dibawa sowan ke Kiyai Mashudi karena dipandang sebagai orang yang paling sepuh di Kecamatan Wajak.

Ada dua poin pertanyaan yang dijawab oleh oleh Kiyai Mashudi (setelah beberapa waktu terdiam tidak langsung menjawab)

Kalimat yang keluar dari Kiyai Mashudi adalah "Orang Arab datang ke Indonesia hanya untuk berkerja" (hal ini sesuai dengan sejarah yang dapat kami akses bahwa memang Orang Yaman yg disebut Arab itu datang ke Nusantara pada abad ke 18 memang bekerja kepada Belanda)

Kalimat yang kedua yg terucap dari Kiyai Mashudi adalah nama Mbah Rijek adalah Abdurrozaq (tidak ada jawaban bahwa makam itu adalah Habib Zein bin Soleh Assegaf) dengan jawaban tersebut para Habaib yang datang tersebut kayaknya merasa salah makam jadi tidak pernah datang lagi.

Kesimpulan Kami adalah cerita dan klaim mereka belum terkonfirmasi kebenarannya karena dengan alasan tahun makam itu (Habib Zain bin Soleh Assegaf diinformasikan wafat pada tahun 1860 an) menurut cerita keturunan Syeh Hasan Arobi (Syeh Hasan Arobi datang ke Wajak pada abad ke 17 sekitar 1775 wafat abad ke 18 sekitar 1850) menceritakan bahwa pada saat Syeh Hasan Arobi datang ke Wajak makam Mbah Rijek itu sudah ada, berarti terdeteksi  klaim wafat pada tahun 1860 an itu indikasi salah karena seharusnya lebih tua dari itu yaitu pada abad 17.

 

HABIB ZEIN SALEH ASSEGAFF (1800)

Menurut Abah Umar Abdurrahman Assegaff

Habib Saleh Assegaff punya anak 2 orang anak bernama

1.       Zein Saleh Assegaff

2.       Abdurrahman Saleh Assegaff

Setatus saya (penulis) terhadap beliau kedua-duanya adalah Jaddi atau Jiddi yang didalam bahasa jawa berarti "emba”

LANGSUNG POIN CERITA AL USTAD HABIB ZEIN SALEH ASSEGAF

Berselang 25 tahun kemudian setelah keduanya dewasa dan dipandang cukup untuk dan mampu untuk menekuni  Aqidah dan Syari’at Islam yang betul-betul orisinil atauasli, yang tidak tercampur dengan apa yang disebut dengan Bid’ah, khurofat dan semacamnya atau lebih-lebih Sesutu yang berbau syirik.

Pada tahun 1825 kepada keduanya dianjurkan untuk berdakwah didaerah jawa Timur. Dan kota yang menjadi tujuan sekaligus untuk menjadi tempat mereka berdomisili adalah kota Bondowoso.

Yang dapat mengamalkan dan meneruskan tugas untuk berdakwah hanyalah Jiddi Habib Zein Saleh Assegaff, sedangkan Jiddi Abdurrahman oleh Assegaff lebih mengutamakan berdagang. Dan hanya sekali-kali saja apabila beliau diminta oleh masyarakat setempat untuk memberi dakwah.

Demikian dakwah Al-Ustad Jiddi Habib Zain Saleh Asegaf memperoleh tanggapan yang sangat cocok dan bagus, maka atas desakan oleh masyarakat setempat do dirikan sebuah pondok pesantren yang diberi nama Al Islamiyah dan terletak di pinggiran kota Bondowoso. Disamping mendalami pendidikan kefahaman tentang Islam, oleh Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff para santri juga dibina dan dididik untuk menguasai ilmu bela diri pencak silat, hal ini dikarenakan beliau sangat menguasai ilmu bela diri tersebut, ada tulisan tangan tidak terbaca

Pada saat itu ilmu bela diri pencaksilat memang merupakan keutamaan masyarakat terutama pada kaum muda dan semua orang pada umumnya. Pada bela diri pencak silat tersebut diajarkan hanya mengandalkan pada tangan kosong tanpa senjata apapun.

Bimbingan Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff tentang pencak sungguh sangat dipusatkan kepada latihan jasmani. Beliau tidak mengajarkan ilmu-ilmu sampingan semisal macam-macam mantera. Beliau sangat menentang ilmu hitam dan sihir, yang menurut beliau kedua hal tersebut cenderung untuk berbuat syirik.

Ratusan santri-santri Beliiau yang dapat dinyatakan lulus dari ujian akhir kemahiran pencak silat dari pondok pesantren Al Islamiyah tersebut setiap tahunnya.

Selang beberapa tahun kemudian secara kebetulan pada masa itu terjadi tindakan-tindakan yang bersifat anrkis dan brutal yang berasal dari ratusan cina-cina kuncit pengedar opium. Sasaran utama kekacauan terjadi di daerah pinggiran dan pusat kota Bangil, Pasuruan dan Lumajang. Kemahiran dari cina-cina tersebut dalam dalam penguasaan ilmu beladiri sangat terkenal dapat mematikan lawannya.

Dikarenakan kepolisian setempat tidak mampu untuk menguasai dan mengatasi kerusuhan tersebut mereka hanya menunggu bantuan dari kepolisian Surabaya dan Malang yang ternyata tidak egera dating untuk membantu disaat sulit tersebut.

Maka lewat kepolisian kota Bondowoso dimintakan bantuan dari santri-santri Pondok Pesantren Al-Islamiyah pimpinan Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff. Dan dengan waktu yang relative singkat para cina-cina kuncit tersebut berhasil diringkus dan digiring ke kantor polisi. Dengan tersiarnya kabar mengenai kejadian tersebut, maka semakin banyak pemuda dari pulau jawa dan luar jawa berdatangan untuk menimba ilmu di pondok pesantren Al Islamiyah pimpinan Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff, hal ini membuat pemerintah colonial belanda sempat bergeming.

Kemudian tanpa sebab yang jelas kepolisian Bondowoso memanggil dan menahan Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff selama berhari-hari. Timbul rasa cemas dan khawatir dikalangan santri, sehingga diadakan pembicaraan oleh beberapa pemuka pondok untuk menemui komandan kepolisian yang berkebangsaan belanda untuk menerima penjelasan mengenai hal yang sebenarnya, Karen tidak mendapatkan penjelasan yang memuaskan dari komandan kepolisian tersebut maka pada malam itu juga ruang tahanan kantor kepolisian Bondowoso digerebek oleh para santri dan mereka berhasil membebaskan Al Ustad Jiddi habib Zein Saleh Assegafff tanpa cedera. Kejadian tersebut berakhir tanpa adanya pertumpahan darah dari kedua belah pihak.

Pada tahun 1845 peristiwa penggerebekan dikantor polisi tersebut ditutupi dan dipeti eskan demi kehormatan colonial setempat. Dan pada pagi hari (ada catatan tangan tidak terbaca) pondok pesantren Al-Islamiyah dibubarka secara paksa. Demi keselamatan dan keamanan diri Al Ustad Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff, oleh para santri senior beliau secara estafet dilarikan keluar pulau Jawa.

Oleh para santri, Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff dilarikan lewat perahu dari Banyuwangi menuju Bali. Kemudian menuju Lombok, Sumbawa, Sumba, Roti dan berakhir di di Timor. Ditempat inilah kemudian beliau tinggal dan berdakwah. Dibawah lindungan Alloh dan para Ulama’ setempat beliau tinggal tanpa ada yang membicarakannya lagi.

Setelah berpuluh-puluh tahun kemudian beliau muncul (ada tambahan catatan tangan tidak terbaca) didaerah Dampit ( dicorek diganti Wajak) Kota Malang dengan berganti nama dan beliau menjadi (dicorek) seorang dai. Beliau terkenal sebagai seorang ulama’ yang alim dan pandai dibidang fiqih, tauhid, aqidah serta syari’at islam yang orisinil dan teguh imannya. Di Dampit (dicorek ganti Wajak) beliau berdakwah tanpa mendirikan pondok pesantren seperti yang pernah beliau lakukan di kota Bondowoso. (ada tulisan tangan tak terbaca)

Kemudian beliau mendirikan Masjid Jamik desa Santren (ada tulisan tangan) disebelah barat (dicorek ganti selatan) kota Dampit (dicorek ganti Wajak) pada tahun 1855. Didalam masjid inilah beliau berdakwah mengenai kafahaman Islam yang orisinil dan tidak terpengaruh oleh kebudayaan setempat. Bertahun-tahun Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff menjadi Ulama’ sesepuh yang Alim, tinggi ilmunya dan sangat disegani serta dihormati dikarenakan ilmu, ahlak dan amalannya.

Beliau wafat pada tahun 1880 dan dimakamkan ecara khusus di utara (dicorek ganti barat) pasar Dampit (dicorek ganti Wajak). Beliau meninggalkan pesan agar idak dimakamkan di pekarangan masjid bagaian barat seperti pada umumnya. Hingga saat ini makam Jiddi Habib Zein Saleh Assegaff dikeramatkan oleh masyarakat setempat.

Dengan ini saya berpesan kepada kalian semua, sekiranya ada anak cucu saya ada (tulisan tangan) yang berkeinginan untuk berziarah ke makam Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff untuk tidak mengaku kepada masyarakat setempat sebagai keturunan jiddi Habib Saleh Assegafff. Hal ini dikarenakan beliau mengaku (dicoret) tidak pernah kawin dan tidak mempunyai keturunan, Allahuyarham.

Telisik Sejarah MBAH RIJEK

Mbah Rijek itu nama aslinya adalah Citro Nolo putra dari Tumenggung Surontani, cerita ini coneks dengan cerita yang bersumber dari Wajak Tulungagung

Tumenggung Surontani Pindah ke Jatim Tuungagung pada thn 1789 M, Wafat tahun 1826 M (sumber Artikel Agus Ali Imron Al Akhyar).

 

Tumenggung Surontani, yang juga dikenal sebagai Ratu Ayu, merupakan seorang tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Mataram pada abad ke-16 (1540-1582)/. Ia adalah istri dari Sutawijaya (Sutowijoyo), pendiri Kerajaan Mataram

(Sumber Sejarah Indonesia" oleh M.C. Ricklefs, Kerajaan Mataram" oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Ensiklopedia Sejarah Indonesia" oleh PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.)

Mbah Rijek adalah berasal dari Mataram pada masa pemerintahan Raja Sutowijoyo

Mbah Rijek datang ke Wajak tahun 1614 M selisih 20 tahun dari berdirinya Mataram, 4 mah Sartono (gudel) Sukoanyar, Surojo (blayu, Sukoraharjo (codo) bersamaan ke daerah Wajak

Mbah rijek diutus pada masa Raja Sutowijoyo tujuannya untuk penyebaran wilayah dan Islam. Malang adalah daerah yg tidak terkena pajak oleh belanda krn kontra kekuasaan wilayah antara Mataram dan belanda.

Mbah rijek perkiraan umur 80 an tempat sesucine/uslah di sumberan rumahnya ditempat makamnya, bukti ad watu damar bernama Siti Aminah.

 (Sumber P Yudi)

Kerajaan Mataram didirikannya setelah memisahkan diri dari Kesultanan Pajang dan dibawah kepemimpinan Sutawijaya (Sutowijoyo) berkuasa dari tahun 1586 hingga 1601.

 

(Sumber Sejarah Indonesia" oleh M.C. Ricklefs, Kerajaan Mataram" oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Ensiklopedia Sejarah Indonesia" oleh PT. Ichtiar Baru Van Hoeve

Asal Usul Sejarah NAMA Wajak

Wajak itu nama tanaman pak yg buahnya dimakan mirip kolang kaling... ya kalau bukan aren, lalu apa? Lontar n nipah kan di dataran rendah n dekat2 pantai. Wajak kan di gunung atau dataran tinggi... ya jelas aren (Arenga pinnata).

(Sumber DR. Ary Keim Peneliti dari BRIN)

 

Arti Kata Wajak

Wajak berarti wajah atau muka, merujuk pada lokasi yang strategis dan merupakan wajah atau pintu gerbang Kabupaten Malang.

Wajak juga berarti perbatasan atau wilayah perbatasan, karena lokasinya di perbatasan antara Kerajaan Kanjuruhan dan Kerajaan Singhasari.

 

Etimologi

Nama Wajak konon berasal dari kata "Wajak" atau (Wojok) dalam bahasa Jawa, yang berarti pohon aren atau kolang kaling.

Nama ini kemungkinan merujuk pada banyaknya pohon aren di wilayah tersebut.

 

 

Sejarah

-Pada masa lalu, Wajak merupakan pusat produksi gula aren dan kolang kaling.

-Perdagangan gula aren dan kolang kaling menjadi salah satu sumber ekonomi masyarakat Wajak.

 

TERETORIAL WAJAK DALAM SEJARAH

Wajak Abad ke 8 merupakan bagian dari Kerajaan Kanjuruhan, salah satu kerajaan Hindu di Jawa Timur, pada abad ke-10, Wajak menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan.

Wajak abad ke 12 merupakan bagian dari Kerajaan Singhasari (1222-1292 M). Wilayah Wajak, yang sekarang berada di Kabupaten Malang, Jawa Timur, merupakan salah satu pusat kekuasaan dan pemerintahan Singhasari.

Wajak Masa Kolonial Belanda (1591-1942)

ada 1591, Wajak jatuh ke tangan Belanda dan menjadi bagian dari VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), Wajak menjadi pusat administrasi Kabupaten Malang.

Wajak Masa Kemerdekaan (1942-Sekarang)

Pada 1942, Jepang mengambil alih Wajak dari Belanda.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Wajak menjadi bagian dari Kabupaten Malang.

Pada 1950-an, Wajak berkembang menjadi pusat industri dan perdagangan

 

(Sumber: Sejarah Kabupaten Malang" oleh Pemkab Malang, Ensiklopedia Sejarah Indonesia" oleh PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Kamus Bahasa Jawa Kuno" oleh Universitas Gadjah Mada, Wajak, Desa yang Kaya Sejarah" oleh Kompas.

 

 

Kesimpulan berdasarkan penelusuran.

Penelusuran sejarah kedua nama (yaitu Mbah Rijek dan Habib Saleh Assegaff) kami dapat menyatakan bahwa Mbah Rijek bukanlah Habib Zein Saleh Assegaf karena masa hidupnya berbeda.

Penelusuran sejarah Wajak, Mbah Rijek tidak ada hubungannya dengan terbentuknya nama dalam sejarah Wajak karena terdeteksi nama Wajak sudah ada jauh sebelum masuknya Mbah Rijek ke derah Wajak ini.

 Oleh Imam Zubaidi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar