TELISIK SEJARAH WAJAK
Kronologi
Riwayat perjalanan penelusuran sejarah/makam Mbah Rijek ini adalah bermula pada tahun 2000an ada seorang teman di kota Malang yang bertanya kepada saya bahwa di Wajak ada makam habib, saya menjawab tidak ada, sekian tahun berlalu tanpa ada keingin tahuan, setelah viralnya makam palsu dan dipalsukan yaitu KRT Sumodiningrat di Solo dengan nama Habib baalwi Yaman dan banyak ditemukannya makam-makam palsu dimana-mana, bertemulah dengan pemuda setempat didalam sebuah acara, dengan berbincang-bincang diantaranya membicarakan Makam Mbah Rijek dengan kejanggalan perubahan nama Mbah Rijek menjadi Habib Zein bin Saleh Assegaff maka muncullah semangat untuk menelusuri sejarah makam tersebutu dengan langkah awal membuat group whatsApp untuk menampung orang-orang yang seide dan mendukung gerakan penelusuran ini. Selanjutnya tim melakukan penggalian informasi sebanyak-banyaknya kepada msyarakat dengan hasil diantaranya yang kami sampaikan ini.
Sejarah Desa WAJAK dalam RPJM Des
Mengenai sejarah Desa Wajak sendiri belum ada yang baku, tetapi dari hasil temuan-temuan dan penelusuran yang dilakukan Kepala Desa (1990 – 2007) yang dijabat oleh Drs. Sucipto adalah sebagai berikut :
1.
Desa Wajak itu ada sejak zaman
Majapahit ini terbukti dengan ditemukannya Patung Airlangga, uang Gobang serta
bekas-bekas batu bata yag menurut ahli purbakala barang-barang tersebut adanya
di zaman Majapahit.
2.
Dulu katanya desa Wajak ini
merupakan hutan Aren, nama buah aren tersebut ada yang menyebutnya dengan nama
Wajak , sehingga hutan itu disebut juga hutan Wajak dan di jadikan Desa dengan
nama Desa Wajak.
3.
Tahun 1883 di desa Wajak sudah ada
Pegadaian dan Loji.
4.
Tahun 1925 dibangun irigasi untuk mengatur
pengairan di persawahan.
Desa Wajak dipimpin oleh seorang
kepala desa. Adapun nama-nama kepala desa yang pernah memimpin Desa Wajak yang
berhasil kami rangkum adalah :
1.
Arisdi / Gunardi Dono Oetomo
2.
Akoep Kerto
3.
Aris Sindu / H. Fatah
4.
Abdul Fatah
5.
Abdul Samat
6.
Soetomo
7.
Kamsoen
8.
Sucipto
9.
Djainuri mulai tahun 2007 s/d 2019
10.
Aris Sulistiyanto tahun 2019 - 2025
Hasil telisik sejarah
Wajak hari ini Ahad, 25 Agustus 2024
Imam Z, P. Ghozali dan P. Hilmi
Sumber Bapak Edi Priyanto
Perubahan Nama Mbah Rijek menjadi Habib Zein bin Soleh Assegaf bermula adanya kunjungan rombongan Habaib dari Blitar dan Kediri datang ke makam tersebut dengan klaim bahwa mereka adalah keluarga Mbah Rijek sekaligus memberi plakat nama makam menjadi Habib Zein bin Soleh Assegaf. peristiwa ini terjadi sekitar tahun 2003. Kedatangan Habaib ini dibenarkan oleh Putra KH. Mashudi dengan kutipan bahwa dulu memang ada habaib yang kerumah Abah (katanya) yang meminta izin untuk memberi plang nama pada makam Mbah Rijek, tetapi Abah KH Mashudi tidak menanggapinya dengan arti lain tidak mengizinkan pemberian plang nama tersebut. Setelah beberapa waktu Abah/KH Mashudi ziarah ke makam Mbah Rijek beliau kaget karena ternyata sudah ada plang nama yang terpasang dengan nama "Makam Al-Ustad Habib Zein bin Saleh Assegaff itu.
Tanggapan masyarakat saat itu tidak mempermasalahkan karena
memang banyak tidak mengetahui sejarah yang sebenarnya. Tetapi masyarakat
sekitar secara nurani dan keyakinan tidak menerimanya karena sampai saat ini
ketika mendoakan (tahlilan di makam) tetap menyebutkan Mbah Rijek bukan Habib
Zein bin Soleh Assegaf.
Pada sekitar tahun 2021 datang lagi beberapa orang dari
Pasuruan (kemungkinan adalah utusan) yang menanyakan kebenaran makam tersebut
(Mbah Rijek /Habib Zein bin Soleh Assegaf) kepada masyarakat sekitar, oleh
Bapak narasumber dibawa sowan ke Kiyai Mashudi karena dipandang sebagai orang
yang paling sepuh di Kecamatan Wajak.
Ada dua poin pertanyaan yang dijawab oleh oleh Kiyai Mashudi
(setelah beberapa waktu terdiam tidak langsung menjawab)
Kalimat yang keluar dari Kiyai Mashudi adalah "Orang
Arab datang ke Indonesia hanya untuk berkerja" (hal ini sesuai dengan
sejarah yang dapat kami akses bahwa memang Orang Yaman yg disebut Arab itu
datang ke Nusantara pada abad ke 18 memang bekerja kepada Belanda)
Kalimat yang kedua yg terucap dari Kiyai Mashudi adalah nama
Mbah Rijek adalah Abdurrozaq (tidak ada jawaban bahwa makam itu adalah Habib
Zein bin Soleh Assegaf) dengan jawaban tersebut para Habaib yang datang
tersebut kayaknya merasa salah makam jadi tidak pernah datang lagi.
Kesimpulan Kami adalah cerita dan klaim mereka belum
terkonfirmasi kebenarannya karena dengan alasan tahun makam itu (Habib Zain bin
Soleh Assegaf diinformasikan wafat pada tahun 1860 an) menurut cerita keturunan
Syeh Hasan Arobi (Syeh Hasan Arobi datang ke Wajak pada abad ke 17 sekitar 1775
wafat abad ke 18 sekitar 1850) menceritakan bahwa pada saat Syeh Hasan Arobi
datang ke Wajak makam Mbah Rijek itu sudah ada, berarti terdeteksi klaim wafat pada tahun 1860 an itu indikasi
salah karena seharusnya lebih tua dari itu yaitu pada abad 17.
HABIB ZEIN SALEH ASSEGAFF
(1800)
Menurut Abah Umar Abdurrahman Assegaff
Habib Saleh Assegaff punya anak 2 orang anak bernama
1.
Zein Saleh Assegaff
2.
Abdurrahman Saleh Assegaff
Setatus saya (penulis) terhadap beliau kedua-duanya adalah
Jaddi atau Jiddi yang didalam bahasa jawa berarti "emba”
LANGSUNG POIN CERITA AL USTAD HABIB ZEIN SALEH ASSEGAF
Berselang 25 tahun kemudian setelah keduanya dewasa dan
dipandang cukup untuk dan mampu untuk menekuni
Aqidah dan Syari’at Islam yang betul-betul orisinil atauasli, yang tidak
tercampur dengan apa yang disebut dengan Bid’ah, khurofat dan semacamnya atau
lebih-lebih Sesutu yang berbau syirik.
Pada tahun 1825 kepada keduanya dianjurkan untuk berdakwah
didaerah jawa Timur. Dan kota yang menjadi tujuan sekaligus untuk menjadi
tempat mereka berdomisili adalah kota Bondowoso.
Yang dapat mengamalkan dan meneruskan tugas untuk berdakwah
hanyalah Jiddi Habib Zein Saleh Assegaff, sedangkan Jiddi Abdurrahman oleh
Assegaff lebih mengutamakan berdagang. Dan hanya sekali-kali saja apabila
beliau diminta oleh masyarakat setempat untuk memberi dakwah.
Demikian dakwah Al-Ustad Jiddi Habib Zain Saleh Asegaf
memperoleh tanggapan yang sangat cocok dan bagus, maka atas desakan oleh
masyarakat setempat do dirikan sebuah pondok pesantren yang diberi nama Al
Islamiyah dan terletak di pinggiran kota Bondowoso. Disamping mendalami
pendidikan kefahaman tentang Islam, oleh Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff para
santri juga dibina dan dididik untuk menguasai ilmu bela diri pencak silat, hal
ini dikarenakan beliau sangat menguasai ilmu bela diri tersebut, ada tulisan tangan tidak terbaca
Pada saat itu ilmu bela diri pencaksilat memang merupakan
keutamaan masyarakat terutama pada kaum muda dan semua orang pada umumnya. Pada
bela diri pencak silat tersebut diajarkan hanya mengandalkan pada tangan kosong
tanpa senjata apapun.
Bimbingan Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff tentang pencak
sungguh sangat dipusatkan kepada latihan jasmani. Beliau tidak mengajarkan
ilmu-ilmu sampingan semisal macam-macam mantera. Beliau sangat menentang ilmu
hitam dan sihir, yang menurut beliau kedua hal tersebut cenderung untuk berbuat
syirik.
Ratusan santri-santri Beliiau yang dapat dinyatakan lulus
dari ujian akhir kemahiran pencak silat dari pondok pesantren Al Islamiyah
tersebut setiap tahunnya.
Selang beberapa tahun kemudian secara kebetulan pada masa
itu terjadi tindakan-tindakan yang bersifat anrkis dan brutal yang berasal dari
ratusan cina-cina kuncit pengedar opium. Sasaran utama kekacauan terjadi di
daerah pinggiran dan pusat kota Bangil, Pasuruan dan Lumajang. Kemahiran dari
cina-cina tersebut dalam dalam penguasaan ilmu beladiri sangat terkenal dapat
mematikan lawannya.
Dikarenakan kepolisian setempat tidak mampu untuk menguasai
dan mengatasi kerusuhan tersebut mereka hanya menunggu bantuan dari kepolisian
Surabaya dan Malang yang ternyata tidak egera dating untuk membantu disaat
sulit tersebut.
Maka lewat kepolisian kota Bondowoso dimintakan bantuan dari
santri-santri Pondok Pesantren Al-Islamiyah pimpinan Al Ustad Habib Zein Saleh
Assegafff. Dan dengan waktu yang relative singkat para cina-cina kuncit
tersebut berhasil diringkus dan digiring ke kantor polisi. Dengan tersiarnya kabar
mengenai kejadian tersebut, maka semakin banyak pemuda dari pulau jawa dan luar
jawa berdatangan untuk menimba ilmu di pondok pesantren Al Islamiyah pimpinan
Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff, hal ini membuat pemerintah colonial
belanda sempat bergeming.
Kemudian tanpa sebab yang jelas kepolisian Bondowoso
memanggil dan menahan Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff selama berhari-hari.
Timbul rasa cemas dan khawatir dikalangan santri, sehingga diadakan pembicaraan
oleh beberapa pemuka pondok untuk menemui komandan kepolisian yang
berkebangsaan belanda untuk menerima penjelasan mengenai hal yang sebenarnya,
Karen tidak mendapatkan penjelasan yang memuaskan dari komandan kepolisian
tersebut maka pada malam itu juga ruang tahanan kantor kepolisian Bondowoso digerebek
oleh para santri dan mereka berhasil membebaskan Al Ustad Jiddi habib Zein
Saleh Assegafff tanpa cedera. Kejadian tersebut berakhir tanpa adanya
pertumpahan darah dari kedua belah pihak.
Pada tahun 1845 peristiwa penggerebekan dikantor polisi
tersebut ditutupi dan dipeti eskan demi kehormatan colonial setempat. Dan pada
pagi hari (ada catatan tangan tidak terbaca) pondok pesantren Al-Islamiyah
dibubarka secara paksa. Demi keselamatan dan keamanan diri Al Ustad Jiddi Habib
Zein Saleh Assegafff, oleh para santri senior beliau secara estafet dilarikan
keluar pulau Jawa.
Oleh para santri, Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff
dilarikan lewat perahu dari Banyuwangi menuju Bali. Kemudian menuju Lombok,
Sumbawa, Sumba, Roti dan berakhir di di Timor. Ditempat inilah kemudian beliau
tinggal dan berdakwah. Dibawah lindungan Alloh dan para Ulama’ setempat beliau
tinggal tanpa ada yang membicarakannya lagi.
Setelah berpuluh-puluh tahun kemudian beliau muncul (ada
tambahan catatan tangan tidak terbaca) didaerah Dampit ( dicorek diganti Wajak) Kota Malang dengan berganti nama dan beliau menjadi (dicorek) seorang dai.
Beliau terkenal sebagai seorang ulama’ yang alim dan pandai dibidang fiqih,
tauhid, aqidah serta syari’at islam yang orisinil dan teguh imannya. Di Dampit (dicorek ganti Wajak) beliau
berdakwah tanpa mendirikan pondok pesantren seperti yang pernah beliau lakukan
di kota Bondowoso. (ada tulisan tangan tak terbaca)
Kemudian beliau mendirikan Masjid Jamik desa Santren (ada tulisan tangan) disebelah barat (dicorek ganti selatan) kota Dampit (dicorek ganti Wajak) pada tahun 1855. Didalam masjid inilah
beliau berdakwah mengenai kafahaman Islam yang orisinil dan tidak terpengaruh
oleh kebudayaan setempat. Bertahun-tahun Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff
menjadi Ulama’ sesepuh yang Alim, tinggi ilmunya dan sangat disegani serta
dihormati dikarenakan ilmu, ahlak dan amalannya.
Beliau wafat pada tahun 1880 dan dimakamkan ecara khusus di utara (dicorek ganti barat) pasar Dampit (dicorek ganti Wajak). Beliau
meninggalkan pesan agar idak dimakamkan di pekarangan masjid bagaian barat
seperti pada umumnya. Hingga saat ini makam Jiddi Habib Zein Saleh Assegaff
dikeramatkan oleh masyarakat setempat.
Dengan ini saya berpesan kepada kalian semua, sekiranya ada
anak cucu saya ada (tulisan tangan)
yang berkeinginan untuk berziarah ke makam Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff
untuk tidak mengaku kepada masyarakat
setempat sebagai keturunan jiddi Habib Saleh Assegafff. Hal ini dikarenakan
beliau mengaku (dicoret) tidak pernah
kawin dan tidak mempunyai keturunan, Allahuyarham.
Telisik Sejarah MBAH
RIJEK
Mbah Rijek itu nama
aslinya adalah Citro Nolo putra dari Tumenggung Surontani, cerita ini coneks
dengan cerita yang bersumber dari Wajak Tulungagung |
Tumenggung Surontani
Pindah ke Jatim Tuungagung pada thn 1789 M, Wafat tahun 1826 M (sumber Artikel Agus Ali Imron Al Akhyar). Tumenggung Surontani, yang
juga dikenal sebagai Ratu Ayu, merupakan seorang tokoh penting dalam sejarah
Kerajaan Mataram pada abad ke-16 (1540-1582)/. Ia adalah istri dari
Sutawijaya (Sutowijoyo), pendiri Kerajaan Mataram (Sumber Sejarah Indonesia"
oleh M.C. Ricklefs, Kerajaan Mataram" oleh Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Ensiklopedia Sejarah Indonesia" oleh PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve.) |
Mbah Rijek adalah berasal dari Mataram pada masa pemerintahan Raja Sutowijoyo Mbah Rijek datang ke Wajak
tahun 1614 M selisih 20 tahun dari berdirinya Mataram, 4 mah Sartono (gudel)
Sukoanyar, Surojo (blayu, Sukoraharjo (codo) bersamaan ke daerah Wajak Mbah rijek diutus pada
masa Raja Sutowijoyo tujuannya untuk penyebaran wilayah dan Islam. Malang
adalah daerah yg tidak terkena pajak oleh belanda krn kontra kekuasaan
wilayah antara Mataram dan belanda. Mbah rijek perkiraan umur
80 an tempat sesucine/uslah di sumberan rumahnya ditempat makamnya, bukti ad
watu damar bernama Siti Aminah. (Sumber P Yudi) |
Kerajaan Mataram didirikannya setelah memisahkan diri dari Kesultanan
Pajang dan dibawah kepemimpinan Sutawijaya (Sutowijoyo) berkuasa dari tahun
1586 hingga 1601. (Sumber Sejarah Indonesia" oleh M.C. Ricklefs, Kerajaan
Mataram" oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Ensiklopedia Sejarah
Indonesia" oleh PT. Ichtiar Baru Van Hoeve |
Asal Usul Sejarah NAMA Wajak |
Wajak itu nama tanaman pak yg buahnya dimakan mirip kolang kaling...
ya kalau bukan aren, lalu apa? Lontar n nipah kan di dataran rendah n dekat2
pantai. Wajak kan di gunung atau dataran tinggi... ya jelas aren (Arenga
pinnata). (Sumber DR. Ary Keim Peneliti
dari BRIN) Arti Kata Wajak Wajak berarti wajah atau muka, merujuk pada lokasi yang
strategis dan merupakan wajah atau pintu gerbang Kabupaten Malang. Wajak juga berarti perbatasan
atau wilayah perbatasan, karena lokasinya di perbatasan antara Kerajaan
Kanjuruhan dan Kerajaan Singhasari. Etimologi Nama Wajak konon berasal
dari kata "Wajak" atau (Wojok) dalam bahasa Jawa, yang berarti pohon
aren atau kolang kaling. Nama ini kemungkinan merujuk pada banyaknya pohon aren di wilayah
tersebut. Sejarah -Pada masa lalu, Wajak merupakan pusat produksi gula aren dan kolang
kaling. -Perdagangan gula aren dan kolang kaling menjadi salah satu sumber
ekonomi masyarakat Wajak. TERETORIAL WAJAK DALAM SEJARAH Wajak Abad ke 8 merupakan
bagian dari Kerajaan Kanjuruhan, salah satu kerajaan Hindu di Jawa Timur,
pada abad ke-10, Wajak menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan. Wajak abad ke 12 merupakan
bagian dari Kerajaan Singhasari (1222-1292 M). Wilayah Wajak, yang sekarang
berada di Kabupaten Malang, Jawa Timur, merupakan salah satu pusat kekuasaan
dan pemerintahan Singhasari. Wajak Masa Kolonial
Belanda (1591-1942) ada 1591, Wajak jatuh ke tangan Belanda dan menjadi bagian dari VOC
(Vereenigde Oost-Indische Compagnie), Wajak menjadi pusat administrasi
Kabupaten Malang. Wajak Masa Kemerdekaan
(1942-Sekarang) Pada 1942, Jepang mengambil alih Wajak dari Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia, Wajak menjadi bagian dari Kabupaten
Malang. Pada 1950-an, Wajak berkembang menjadi pusat industri dan perdagangan (Sumber: Sejarah Kabupaten Malang" oleh Pemkab Malang, Ensiklopedia
Sejarah Indonesia" oleh PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Kamus Bahasa Jawa
Kuno" oleh Universitas Gadjah Mada, Wajak, Desa yang Kaya Sejarah"
oleh Kompas. |
Kesimpulan berdasarkan penelusuran.
Penelusuran sejarah kedua nama (yaitu Mbah Rijek dan Habib
Saleh Assegaff) kami dapat menyatakan bahwa Mbah Rijek bukanlah Habib Zein
Saleh Assegaf karena masa hidupnya berbeda.
Penelusuran sejarah Wajak, Mbah Rijek tidak ada hubungannya
dengan terbentuknya nama dalam sejarah Wajak karena terdeteksi nama Wajak sudah
ada jauh sebelum masuknya Mbah Rijek ke derah Wajak ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar