Sabtu, 01 Juni 2019

Sembilan Pesan KH. Tolchah Kepada Santri dan Wali Santri

Mantan Menteri Agama diera Presiden RI yang ke Tiga Gus Dur, KH. Tolchah Hasan merupakan tokoh yang berkiprah dalam banyak hal untuk masyarakat. Meski demikian, tampaknya peran dalam bidang pendidikan (tarbiyah) adalah yang paling menonjol. Jiwa sebagai pendidik terlihat jelas dari pengabdiannya mulai dari pesantren hingga perguruan tinggi.

Mujoharto, salah seorang ustadz di Pondok Pesantren PPAI An-Nahdliyah yang juga pernah menjadi mahasiswa beliau di Universitas Islam Malang (Unisma) pernah merekam pesan-pesan Kiai Tolchah Hasan kepada para santri dan wali santri.

Pesan tersebut disampaikan ketika Kiai Tolchah memberikan mauidhah hasanah pada acara haflah akhirussanah Pondok Pesantren Darul Hikmah Singosari Malang. Pria asal Trenggalek yang biasa disapa Pak Muji adalah salah satu di antara yang hadir di sana. Pesan-pesan Kiai Tolchah itu adalah sebagai berikut:

Pertamaman ta'allama-l-qur'âna fi shigharihi, khalatha-l-qur'ânu fi damihi wa lahmihi (barangsiapa belajar Al-Qur’an mulai masa kecilnya maka Al-Qur’an akan mengalir bercampur dalam darah dan dagingnya).

Kedua, keutamaan santri berangkat belajar thalabul ilmi: didoakan para malaikat, didoakan ikan-ikan, didoakan hewan-hewan.

Ketiga, resep belajar cepat dan manfaat: (1) ta'allum (senantiasa belajar), (2) belajar kepada guru, (3) taqarrub kepada Allah, (4) tirakat, dan (5) jauhi perbuatan maksiat.

Keempat, jika ada kasus: orang-orang yang sekolahnya sama, mondoknya sama, gurunya sama, makannya sama, tapi kok hasilnya beda, mungkin maksiat sebagai faktor pembedanya. Kemudian Kiai Tolchah menyitir curhatan Imam Syafi'i kepada gurunya, Imam Waki': 

شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي

“Aku pernah mengadukan kepada Guru Waki’ tentang buruknya kualitas hafalanku. Lalu beliau menyarankan untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahuku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat.”

Kelima, tiga hal yang harus dihindari oleh para santri/pelajar, supaya mudah menerima pelajaran: (1) fudlûl tha‘âmkakehan mangan (terlalu banyak makan), (2) fudlûl manâmkakehan turu (terlalu banyak tidur), (3) fudlûl kalâmkakehan nggedabrusdan ngrumpi (terlalu banyak membual dan berbicara).

Keenam, hendaknya para santri membagi malam jadi 3 bagian: (1) sepertiga untuk belajar, (2) sepertiga untuk ibadah, (3) sepertiga untuk istirahat.

Ketujuh, supaya ilmu dapat bermanfaat dan berkah hendaklah selalu taat kepada Allah, taat dan hormat kepada guru, serta taat dan hormat kepada orang tua

Kedelapan, Bagi wali santri, supaya putra putri kita bisa menjaga ilmunya, maka orang tua tiap malam harus mendoakannya. Di antaranya adalah doa: 

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Rabbanâ hab lanâ min azwâjinâ wa dzurriyyâtinâ qurrata a'yun wa ij'alnâ lilmuttaqîna imâman (Ya Tuhan kami, anugerahilah kepada kami, istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam [pemimpin] bagi orang-orang yang bertakwa)—dibaca sebanyak tujuh kali. Demikian ini agar jerih payah kita membiayai bisa tidak sia-sia.

Kesembilan, senantiasa berdoa:  

الّلهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي عُمْرِنَا الّلهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي أَهْلِنَا الّلهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي عِلْمِنَا الّلهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي عَمَلِنَا الّلهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رِزْقِنَا الّلهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي كُلِّ مَا أَعْطَيْتَنَا

Allâhumma bârik lanâ fî 'umrinâ, allâhumma bârik lanâ fî ahlinâ, allâhumma bârik lanâ fî 'ilminâ, allâhumma bârik lanâ fî ‘amalinâ, allâhumma bârik lanâ fî rizqinâ, allâhumma bârik lanâ fî kulli mâ a'thaitanâ (Ya Allah, berkahilah kami dalam umur kami. Ya Allah, berkahilah kami dalam keluarga kami. Ya Allah, berkahilah kami dalam ilmu kami. Ya Allah, berkahilah kami dalam perbuatan kami. Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki kami. Ya Allah, berkahilah kami dalam setiap apa yang Engkau berikan kepada kami).


(Ahmad Nur Kholis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar