Kamis, 04 Juli 2019

KH. Said Aqil Siraj Sang Kontrofersi

KIAI SAID AQIL SIRADJ YANG TAK BISA DIIKUTI

Sepak terjang Prof Dr KH Said Aqil Siradj MA, Ketua Umum PBNU selalu saja melontarkan pernyataan konyol yang membuat resah umat “Islam”. Kiai Said minta supaya menteri agama harus dari NU, Khotib, KUA, semua harus NU, karena selain dari NU salah semua. Perilaku “nyeleneh” dari Kiai Said bak pendekar mabok ini sering saja terjadi, sehingga banyak sekali beredar bertebaran di internet yang bersifat kontroversional sehingga merusak “umat Islam”.

Hari ini, Nahdliyyin bukannya tidak mau mengkritik sang pemimpinnya namun malah mendukung dan meramaikan jagad maya dengan ucapan selamat ulang tahun pada Kyai Said. Kalau saya pribadi, sangat jelas, keras, dan tegas saya katakan bahwa SAYA TIDAK MENGIKUTI KYAI SAID AQIL SIRADJ.

Bagi kalian yang masih mau mengikuti Kiai Said, ya silakan saja, karena itu hak kalian. Namun kalian setidaknya mau mengakui, dan jangan menutup mata melihat “ulah” Kiai Said sebagi pimpinan kalian di Pesantren ataupun di PBNU.
Kalian juga harus mempunyai alasan yang kuat mengapa kalian mau mengikuti langkah Kyai asal Cirebon yang suka membuat pernyataan kontroversi!

Kiai Said sebagai petinggi sekaligus pimpinan ormas Islam terbesar di Indonesia bahkan konon kabarnya juga terbesar di dunia ini memang tidak serta merta untuk diikuti.
Sebagai seorang pemimpin ormas Islam terbesar, tapi mengapa tidak menampakkan sebagai pemain utama, justru malah cenderung "terdesak" serta "kalah gaung" oleh ormas Islam yang punya massa lebih kecil, entah itu dalam percaturan dan pertarungan wacana keislaman, bukan saja di media sosial namun dalam berbagai perbincangan keseharian, NU kurang sigap, kurang agresif, kurang proaktif dalam bersuara.
Suara NU sering terasa kurang terdengar gaungnya dibanding ormas berhaluan radikal seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI). Bukankah NU memiliki SDM besar yang bisa membungkam kelompok lain? Mengapa Kiai Said malah membuat NU dan warganya adem-adem saja seperti tidak tidak terjadi apa-apa di negeri ini.

Kiai Said bahkan rela dicacimaki dan difitnah saat memerintahkan kaum Nahdliyin untuk sibuk dengan agenda besar NU, khususnya agenda Islam Nusantara yang diamalkan dan dikampanyekan NU. Beliau sadar hal ini pasti mendapat tentangan keras dari berbagai organisasi Islam yang menyuarakan gagasan-gagasan radikal, bahkan melakukan tindakan kekerasan dengan dalih agama walaupun jumlah anggota mereka jauh lebih kecil, namun mereka sangat lantang dan sering turun ke jalan. Bukannya ikutan mengerahkan massa Nahdliyyin untuk bersuara lantang di jalanan sambil teriak takbir, Kiai Said malah menyuarakan Islam Nusantara yang ramah, bukan Islam marah.

Sebagai pimpinan ormas Islam terbesar di Indonesia, mengapa kiai Said tetap membawa Nahdlatul Ulama untuk tetap menggaungkan slogan NKRI Harga Mati?
Mengapa tidak membawa massa NU untuk merebut dan menguasai serta menjadikan negara Indonesia sebagai Negara Islam, sehingga bisa mengeruk keuntungan dan membagikan ya kepada warga NU agar hidupnya semua makmur tanpa ada lagi yang miskin.

Kiai yang lahir di Kempek dari pasangan KH. Aqil Siradj dan Hj. Afifah, dan konon, ayah dan ibu beliau masih keturunan Kanjeng Sunan Syarif Hidayatullah Gunung Jati ini malah selalu mengajak warga negara Indonesia khususnya dari Nahdliyin untuk berada di garda depan dalam membela NKRI dari paham yang merusak Pancasila dan ke-Bhinneka-an.
Salah satu ciri khas ceramah Said Aqil Siradj itu ceplas-ceplos dan suka guyon. Saya menganggap hal tersebut biasa saja, karena saya sering mendengarkan pengajian-pengajian beliau, dan ini merupakan salah satu karakter ulama NU yang suka humor.
Bagi yang belum kenal, pasti langsung men-judge beliau itu sombong. Nah, beliau pernah menyatakan, “Orang yang berjenggot goblok, semakin panjang semakin goblok.” Kurang lebih seperti itu pernyataan beliau.
Benarkah begitu? Ternyata, ulama-ulama dulu juga pernah memberikan pernyataan seperti itu, kok. Pernyataan Imam Syafii-lah yang dikutip oleh Kiai Said. Namun tak sedikit orang yang tidak berjenggot malah baper.

Saya masih ingat, beliau juga pernah bilang kurang lebihnya begini, “Sejuta Lady Gaga, iman warga NU tidak akan berubah” pada 2012 silam. Lantas, voaislam dot com menganggap pernyataan beliau itu sebagai dukungan terhadap liberalisme. Namun, Kiai Said Aqil Siraj pernah menyatakan bahwa liberalisme dan wahabisme itu membahayakan tradisi.
Semboyan kebebasan berpikir yang didengungkan oleh kelompok liberal dapat merusak tradisi yang berkembang dalam masyarakat setempat. Menurut beliau, liberalisme akidah dan liberalisme sama-sama membahayakan.

Bahkan, beliau sempat merasa heran pada orang-orang yang menyatakan bahwa pengakuan Mushaddeq sebagai nabi tidak masalah. Oleh karena itu, beliau berinisiatif untuk berdialog langsung dengan Mushaddeq pada 2007. Hasilnya, Mushaddeq mengakui kesalahannya dan kembali pada syariat yang benar.  Berarti, tudingan orang beliau itu liberal tidak benar.

Kiai Said Aqil Siradj sangat menentang sekali aliran Wahabi. Menurutnya, aliran Wahabi ini dapat menjerumuskan anak-anak muda dalam terorisme. Ma'had (pesantren) yang beraliran Wahabi perlu diwaspadai. Tidak sedikit pesantren yang beraliran Wahabi, seperti Asshifwah, Assunnah, Al-Fitrah, Annida, dll. Pesantren-pesantren beraliran Wahabi, lahir sekitar 1980-an. Nah, kampanye beliau terhadap bahaya Wahabi membuatnya diserang balik.

Masih ingatkah kalian dengan pembacaan Alquran dengan langgam Jawa di Istana Presiden saat Isra' Mi'raj tahun kemarin yang sempat heboh? Beliau termasuk salah satu ulama yang membolehkannya. Yang penting, menurutnya, tidak mengurangi tajwid dan makhraj hurufnya. Sebenarnya, ulama-ulama Indonesia lain juga banyak memperbolehkannya, seperti Pak Quraish Shihab, Pak Ahsin Sakho, K.H. Ali Mustafa Yaqub dan lainnya. Oleh karena itu, mau langgam apa saja boleh, yang penting sesuai dengan tajwid dan makhrajnya.

Itulah Kiai Said dengan kedalaman ilmunya, yang belum tentu dari kita bisa meniru dan mengikutinya. Tempaan hidup yang keras, kuat, dan kokoh, dengan perjalanan dan karir yang matang, beliau bisa menahkodai kapal besar yang bernama Nahdlatul Ulama.
Tahun 1991 menjadi tim ahli Bahasa Indonesia dalam surat kabar harian Al-Nadwah Mekkah. Pada tahun 1995 hingga 1997 kiai Said Saqil mengabdi menjadi dosen di Institut Pendidikan Tinggi Ilmu Alquran. Lalu dari sejak 1995 juga, beliau mengabdi menjadi dosen pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai sekarang.

Di periode 1997 hingga 1999 kiai Said Saqil diamanahi sebagai wakil direktur Universitas Islam Malang. Beliau juga menjadi MKDU Penasehat Fakultas di Universitas Surabaya dari 1998 hingga sekarang. Ditahun 1998 beliau menjabat dua posisi yakni komisi member dan wakil ketua dari lima tim penyusun rancangan AD/ART PKB. Lalu dipercayai sebagai MPR anggota fraksi sebagai perwakilan NU ditahun 1999 hingga 2004.

Adapun jabatan yang masih beliau ampu hingga sekarang ialah dosen Luar Biasa Institut Islam Tribakti Lirboyo Kediri, Penasehat Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI), dosen pascasarjana ST Ibrahim Maqdum Tuban, UNU Dosen Lulusan Univesitas NU Solo dan Ketua Umum PBNU.

Sedangkan saya, anda, kalian, dan kita semua, sudah seberapa ilmu yang kita punyai sehingga ingin mengikuti Kiai Said yang seperti itu dengan membuat statement yang fenomenal?
Kita sebagai Nahdliyin cukup menimba ilmu, hormat, dan sam'an wa tha'atan terhadap guru-guru kita, khususnya kepada Kiai Said.

Saya sebagai warga Nahdliyyin pastinya sangat bangga PBNU dipimpin oleh Kiai Said dengan segala kelebihan & kekurangan. Tak terhitung lagi peran nyata beliau untuk NU dan NKRI.
Namun sekali lagi terus terang saya sampaikan dengan tegas dan suara keras bahwa SAYA TIDAK BISA MENGIKUTI KYAI SAID, selain saya hanya seperti debu kecil yang terbang tertiup angin, sedangkan kiai Said laksana mata air besar nan jernih yang bermanfaat buat banyak makhluk, alasan lainnya mengapa saya tidak bisa mengikuti Kiai Said karena saya ada di Tanah Borneo sedangkan Kyai Said ada di Tanah Jawa, namun saya tetap mendukung dan membela panjenengan dari kelompok jahil yang menyerang NU dan Tokoh-tokohnya, terutama kepada panjenengan, Kyai Said! 😀
Salam dari saya untuk panjenengan Kyai Said dan seluruh jajaran pengurus PBNU 🙏

Tak lupa saya ucapkan Selamat Ulangtahun yang ke 66 buat kiai saya, ulama saya, pemimpin saya, yaitu Kiai Said Aqil Siradj.
3 Juli 1953 - 3 Juli 2019
#NahdlatulUlama
#KyaiSaid
#NKRIHargaMati

Samarinda, 3 Juli 2019. 19.25 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar