Kamis, 29 Agustus 2024

Habib Zein Saleh Assegaff

 

HABIB ZEIN SALEH ASSEGAFF (1800)

Menurut Abah Umar Abdurrahman Assegaff

Habib Saleh Assegaff punya anak 2 orang anak bernama

1.       Zein Saleh Assegaff

2.       Abdurrahman Saleh Assegaff

Setatus saya (penulis) terhadap beliau kedua-duanya adalah Jaddi atau Jiddi yang didalam bahasa jawa berarti "emba”

LANGSUNG POIN CERITA AL USTAD HABIB ZEIN SALEH ASSEGAF

Berselang 25 tahun kemudian setelah keduanya dewasa dan dipandang cukup untuk dan mampu untuk menekuni  Aqidah dan Syari’at Islam yang betul-betul orisinil atauasli, yang tidak tercampur dengan apa yang disebut dengan Bid’ah, khurofat dan semacamnya atau lebih-lebih Sesutu yang berbau syirik.

Pada tahun 1825 kepada keduanya dianjurkan untuk berdakwah didaerah jawa Timur. Dan kota yang menjadi tujuan sekaligus untuk menjadi tempat mereka berdomisili adalah kota Bondowoso.

Yang dapat mengamalkan dan meneruskan tugas untuk berdakwah hanyalah Jiddi Habib Zein Saleh Assegaff, sedangkan Jiddi Abdurrahman oleh Assegaff lebih mengutamakan berdagang. Dan hanya sekali-kali saja apabila beliau diminta oleh masyarakat setempat untuk memberi dakwah.

Demikian dakwah Al-Ustad Jiddi Habib Zain Saleh Asegaf memperoleh tanggapan yang sangat cocok dan bagus, maka atas desakan oleh masyarakat setempat do dirikan sebuah pondok pesantren yang diberi nama Al Islamiyah dan terletak di pinggiran kota Bondowoso. Disamping mendalami pendidikan kefahaman tentang Islam, oleh Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff para santri juga dibina dan dididik untuk menguasai ilmu bela diri pencak silat, hal ini dikarenakan beliau sangat menguasai ilmu bela diri tersebut, ada tulisan tangan tidak terbaca

Pada saat itu ilmu bela diri pencaksilat memang merupakan keutamaan masyarakat terutama pada kaum muda dan semua orang pada umumnya. Pada bela diri pencak silat tersebut diajarkan hanya mengandalkan pada tangan kosong tanpa senjata apapun.

Bimbingan Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff tentang pencak sungguh sangat dipusatkan kepada latihan jasmani. Beliau tidak mengajarkan ilmu-ilmu sampingan semisal macam-macam mantera. Beliau sangat menentang ilmu hitam dan sihir, yang menurut beliau kedua hal tersebut cenderung untuk berbuat syirik.

Ratusan santri-santri Beliiau yang dapat dinyatakan lulus dari ujian akhir kemahiran pencak silat dari pondok pesantren Al Islamiyah tersebut setiap tahunnya.

Selang beberapa tahun kemudian secara kebetulan pada masa itu terjadi tindakan-tindakan yang bersifat anrkis dan brutal yang berasal dari ratusan cina-cina kuncit pengedar opium. Sasaran utama kekacauan terjadi di daerah pinggiran dan pusat kota Bangil, Pasuruan dan Lumajang. Kemahiran dari cina-cina tersebut dalam dalam penguasaan ilmu beladiri sangat terkenal dapat mematikan lawannya.

Dikarenakan kepolisian setempat tidak mampu untuk menguasai dan mengatasi kerusuhan tersebut mereka hanya menunggu bantuan dari kepolisian Surabaya dan Malang yang ternyata tidak egera dating untuk membantu disaat sulit tersebut.

Maka lewat kepolisian kota Bondowoso dimintakan bantuan dari santri-santri Pondok Pesantren Al-Islamiyah pimpinan Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff. Dan dengan waktu yang relative singkat para cina-cina kuncit tersebut berhasil diringkus dan digiring ke kantor polisi. Dengan tersiarnya kabar mengenai kejadian tersebut, maka semakin banyak pemuda dari pulau jawa dan luar jawa berdatangan untuk menimba ilmu di pondok pesantren Al Islamiyah pimpinan Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff, hal ini membuat pemerintah colonial belanda sempat bergeming.

Kemudian tanpa sebab yang jelas kepolisian Bondowoso memanggil dan menahan Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff selama berhari-hari. Timbul rasa cemas dan khawatir dikalangan santri, sehingga diadakan pembicaraan oleh beberapa pemuka pondok untuk menemui komandan kepolisian yang berkebangsaan belanda untuk menerima penjelasan mengenai hal yang sebenarnya, Karen tidak mendapatkan penjelasan yang memuaskan dari komandan kepolisian tersebut maka pada malam itu juga ruang tahanan kantor kepolisian Bondowoso digerebek oleh para santri dan mereka berhasil membebaskan Al Ustad Jiddi habib Zein Saleh Assegafff tanpa cedera. Kejadian tersebut berakhir tanpa adanya pertumpahan darah dari kedua belah pihak.

Pada tahun 1845 peristiwa penggerebekan dikantor polisi tersebut ditutupi dan dipeti eskan demi kehormatan colonial setempat. Dan pada pagi hari (ada catatan tangan tidak terbaca) pondok pesantren Al-Islamiyah dibubarka secara paksa. Demi keselamatan dan keamanan diri Al Ustad Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff, oleh para santri senior beliau secara estafet dilarikan keluar pulau Jawa.

Oleh para santri, Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff dilarikan lewat perahu dari Banyuwangi menuju Bali. Kemudian menuju Lombok, Sumbawa, Sumba, Roti dan berakhir di di Timor. Ditempat inilah kemudian beliau tinggal dan berdakwah. Dibawah lindungan Alloh dan para Ulama’ setempat beliau tinggal tanpa ada yang membicarakannya lagi.

Setelah berpuluh-puluh tahun kemudian beliau muncul (ada tambahan catatan tangan tidak terbaca) didaerah Dampit ( dicorek diganti Wajak) Kota Malang dengan berganti nama dan beliau menjadi (dicorek) seorang dai. Beliau terkenal sebagai seorang ulama’ yang alim dan pandai dibidang fiqih, tauhid, aqidah serta syari’at islam yang orisinil dan teguh imannya. Di Dampit (dicorek ganti Wajak) beliau berdakwah tanpa mendirikan pondok pesantren seperti yang pernah beliau lakukan di kota Bondowoso. (ada tulisan tangan tak terbaca)

Kemudian beliau mendirikan Masjid Jamik desa Santren (ada tulisan tangan) disebelah barat (dicorek ganti selatan) kota Dampit (dicorek ganti Wajak) pada tahun 1855. Didalam masjid inilah beliau berdakwah mengenai kafahaman Islam yang orisinil dan tidak terpengaruh oleh kebudayaan setempat. Bertahun-tahun Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff menjadi Ulama’ sesepuh yang Alim, tinggi ilmunya dan sangat disegani serta dihormati dikarenakan ilmu, ahlak dan amalannya.

Beliau wafat pada tahun 1880 dan dimakamkan ecara khusus di utara (dicorek ganti barat) pasar Dampit (dicorek ganti Wajak). Beliau meninggalkan pesan agar idak dimakamkan di pekarangan masjid bagaian barat seperti pada umumnya. Hingga saat ini makam Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff dikeramatkan oleh masyarakat setempat.

Dengan ini saya berpesan kepada kalian semua, sekiranya ada anak cucu saya ada (tulisan tangan) yang berkeinginan untuk berziarah ke makam Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff untuk tidak mengaku kepada masyarakat setempat sebagai keturunan jiddi Habib Saleh Assegafff. Hal ini dikarenakan beliau mengaku (dicoret) tidak pernah kawin dan tidak mempunyai keturunan, Allahuyarham.

 Nama Habib yang disematkan pada Makam Mbah Rijek/Abdul Rozzaq/Citro Nolo

Keterangan L

Masih dalam penelitian dalam Sejarah wajak

Agustus 2024