HABIB ZEIN SALEH ASSEGAFF
(1800)
Menurut Abah Umar Abdurrahman Assegaff
Habib Saleh Assegaff punya anak 2 orang anak bernama
1.
Zein Saleh Assegaff
2.
Abdurrahman Saleh Assegaff
Setatus saya (penulis) terhadap beliau kedua-duanya adalah
Jaddi atau Jiddi yang didalam bahasa jawa berarti "emba”
LANGSUNG POIN CERITA AL USTAD HABIB ZEIN SALEH ASSEGAF
Berselang 25 tahun kemudian setelah keduanya dewasa dan
dipandang cukup untuk dan mampu untuk menekuni
Aqidah dan Syari’at Islam yang betul-betul orisinil atauasli, yang tidak
tercampur dengan apa yang disebut dengan Bid’ah, khurofat dan semacamnya atau
lebih-lebih Sesutu yang berbau syirik.
Pada tahun 1825 kepada keduanya dianjurkan untuk berdakwah
didaerah jawa Timur. Dan kota yang menjadi tujuan sekaligus untuk menjadi
tempat mereka berdomisili adalah kota Bondowoso.
Yang dapat mengamalkan dan meneruskan tugas untuk berdakwah
hanyalah Jiddi Habib Zein Saleh Assegaff, sedangkan Jiddi Abdurrahman oleh Assegaff
lebih mengutamakan berdagang. Dan hanya sekali-kali saja apabila beliau diminta
oleh masyarakat setempat untuk memberi dakwah.
Demikian dakwah Al-Ustad Jiddi Habib Zain Saleh Asegaf
memperoleh tanggapan yang sangat cocok dan bagus, maka atas desakan oleh
masyarakat setempat do dirikan sebuah pondok pesantren yang diberi nama Al
Islamiyah dan terletak di pinggiran kota Bondowoso. Disamping mendalami
pendidikan kefahaman tentang Islam, oleh Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff
para santri juga dibina dan dididik untuk menguasai ilmu bela diri pencak
silat, hal ini dikarenakan beliau sangat menguasai ilmu bela diri tersebut, ada tulisan tangan tidak terbaca
Pada saat itu ilmu bela diri pencaksilat memang merupakan
keutamaan masyarakat terutama pada kaum muda dan semua orang pada umumnya. Pada
bela diri pencak silat tersebut diajarkan hanya mengandalkan pada tangan kosong
tanpa senjata apapun.
Bimbingan Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff tentang pencak
sungguh sangat dipusatkan kepada latihan jasmani. Beliau tidak mengajarkan
ilmu-ilmu sampingan semisal macam-macam mantera. Beliau sangat menentang ilmu
hitam dan sihir, yang menurut beliau kedua hal tersebut cenderung untuk berbuat
syirik.
Ratusan santri-santri Beliiau yang dapat dinyatakan lulus
dari ujian akhir kemahiran pencak silat dari pondok pesantren Al Islamiyah tersebut
setiap tahunnya.
Selang beberapa tahun kemudian secara kebetulan pada masa
itu terjadi tindakan-tindakan yang bersifat anrkis dan brutal yang berasal dari
ratusan cina-cina kuncit pengedar opium. Sasaran utama kekacauan terjadi di
daerah pinggiran dan pusat kota Bangil, Pasuruan dan Lumajang. Kemahiran dari
cina-cina tersebut dalam dalam penguasaan ilmu beladiri sangat terkenal dapat
mematikan lawannya.
Dikarenakan kepolisian setempat tidak mampu untuk menguasai
dan mengatasi kerusuhan tersebut mereka hanya menunggu bantuan dari kepolisian
Surabaya dan Malang yang ternyata tidak egera dating untuk membantu disaat
sulit tersebut.
Maka lewat kepolisian kota Bondowoso dimintakan bantuan dari
santri-santri Pondok Pesantren Al-Islamiyah pimpinan Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff.
Dan dengan waktu yang relative singkat para cina-cina kuncit tersebut berhasil
diringkus dan digiring ke kantor polisi. Dengan tersiarnya kabar mengenai
kejadian tersebut, maka semakin banyak pemuda dari pulau jawa dan luar jawa berdatangan
untuk menimba ilmu di pondok pesantren Al Islamiyah pimpinan Al Ustad Habib
Zein Saleh Assegafff, hal ini membuat pemerintah colonial belanda sempat
bergeming.
Kemudian tanpa sebab yang jelas kepolisian Bondowoso
memanggil dan menahan Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff selama berhari-hari.
Timbul rasa cemas dan khawatir dikalangan santri, sehingga diadakan pembicaraan
oleh beberapa pemuka pondok untuk menemui komandan kepolisian yang
berkebangsaan belanda untuk menerima penjelasan mengenai hal yang sebenarnya,
Karen tidak mendapatkan penjelasan yang memuaskan dari komandan kepolisian
tersebut maka pada malam itu juga ruang tahanan kantor kepolisian Bondowoso
digerebek oleh para santri dan mereka berhasil membebaskan Al Ustad Jiddi habib
Zein Saleh Assegafff tanpa cedera. Kejadian tersebut berakhir tanpa adanya
pertumpahan darah dari kedua belah pihak.
Pada tahun 1845 peristiwa penggerebekan dikantor polisi
tersebut ditutupi dan dipeti eskan demi kehormatan colonial setempat. Dan pada
pagi hari (ada catatan tangan tidak terbaca) pondok pesantren Al-Islamiyah
dibubarka secara paksa. Demi keselamatan dan keamanan diri Al Ustad Jiddi Habib
Zein Saleh Assegafff, oleh para santri senior beliau secara estafet dilarikan
keluar pulau Jawa.
Oleh para santri, Al Ustad Habib Zein Saleh Assegafff
dilarikan lewat perahu dari Banyuwangi menuju Bali. Kemudian menuju Lombok,
Sumbawa, Sumba, Roti dan berakhir di di Timor. Ditempat inilah kemudian beliau
tinggal dan berdakwah. Dibawah lindungan Alloh dan para Ulama’ setempat beliau
tinggal tanpa ada yang membicarakannya lagi.
Setelah berpuluh-puluh tahun kemudian beliau muncul (ada
tambahan catatan tangan tidak terbaca) didaerah Dampit ( dicorek diganti Wajak) Kota Malang dengan berganti nama dan beliau menjadi (dicorek) seorang dai.
Beliau terkenal sebagai seorang ulama’ yang alim dan pandai dibidang fiqih,
tauhid, aqidah serta syari’at islam yang orisinil dan teguh imannya. Di Dampit (dicorek ganti Wajak) beliau
berdakwah tanpa mendirikan pondok pesantren seperti yang pernah beliau lakukan
di kota Bondowoso. (ada tulisan tangan tak terbaca)
Kemudian beliau mendirikan Masjid Jamik desa Santren (ada tulisan tangan) disebelah barat (dicorek ganti selatan) kota Dampit (dicorek ganti Wajak) pada tahun 1855. Didalam masjid inilah
beliau berdakwah mengenai kafahaman Islam yang orisinil dan tidak terpengaruh
oleh kebudayaan setempat. Bertahun-tahun Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff
menjadi Ulama’ sesepuh yang Alim, tinggi ilmunya dan sangat disegani serta
dihormati dikarenakan ilmu, ahlak dan amalannya.
Beliau wafat pada tahun 1880 dan dimakamkan ecara khusus di utara (dicorek ganti barat) pasar Dampit (dicorek ganti Wajak). Beliau
meninggalkan pesan agar idak dimakamkan di pekarangan masjid bagaian barat
seperti pada umumnya. Hingga saat ini makam Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff
dikeramatkan oleh masyarakat setempat.
Dengan ini saya berpesan kepada kalian semua, sekiranya ada
anak cucu saya ada (tulisan tangan)
yang berkeinginan untuk berziarah ke makam Jiddi Habib Zein Saleh Assegafff
untuk tidak mengaku kepada masyarakat
setempat sebagai keturunan jiddi Habib Saleh Assegafff. Hal ini dikarenakan
beliau mengaku (dicoret) tidak pernah
kawin dan tidak mempunyai keturunan, Allahuyarham.