Rabu, 13 November 2013

Cerita Pemberdayaan



BERFIKIR KESAMPING
(Buruh Tani menjadi Berprofesi)

Text Box: Ketika mendampingi MPJ di Desa MangunsariBapak Sugriwo (PL Kec. Tekung) ketika mendampingi MPJ di Desa MangunsariDi bulan juni 2009 adalah pertamakali saya melaksanakan tugas sebagai fasilitator PNPM-MPd, hari kedua dilokasi tugas tepatnya dikecamatan Tekung, kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Yang saya lakukan bersama Fasilitator Teknik adalah pengenalan lokasi dengan berangkat kedesa-desa untuk mengenalkan diri kepada kepala desa setelah dari kantor kecamatan, alhasil saya dapat mengumpulkan berita acara sosialisasi sekaligus mendata nama-nama Kader Pemberdayaa Masyarakat Desa (KPMD).

Dari enam belas nama Kader saya terkesan dengan sosok penampilan kader yang berpenampilan cukup rapih dan meyakinkan saya pun melakukan komunikasi dengan bercerita dan pertanyaan-pertanyaan seputar pengalaman sekaligus diselingi dengan tertawa kecil dengan karakternya yang khas dia bercerita mulai dari asal nama lengkapnya yaitu Bambang Sugriwo Ningrat Sostro Negoro dengan guyonan dia mengartikan perkata dari namanya Bambang adalah mas, Su adalah ganteng, Griwo adalah raja, Ningrat adalah keturunan darah biru, Sostro adalah pemimpin, Negoro adalah negara jadi artinya kalau disatukan adalah mas keturunan raja  yang ganteng yang akan memimpin negara yang akhirnya diperpendek menjadi Sugriwo karena dipandang tidak sesuai dengan kenyataan yang artinya adalah Raja Ganteng. Dengan jawaban yang pasti dan panjang ini kami pun tertawa bersama hahaha....dengan cerita-cerita dan percakapan lainnya.
Pada suatu hari saya menyambung percakapan dengan datang silaturakhim kerumahnya setelah solat magrib, seperti biasa diawali dengan cerita macam-macam dari sabang sampai meraoke habis masuk dalam percakapan dengan kesimpulan saya mendapatkan orang yang aku cari yaitu sosok sosialis yang mau belajar dan ingin berubah. Biasanyadikalangan masyarakat umumnya tidak etis menanyakan pekerjaan dan pendapatan, saya memberanikan diri dan memancing dengan pertanyaan yang tujuannya untuk mencari keinginan dan bakat terpendamnya, yang saya tanyakan antaralain:

Saya             : Aktifitasnya apa ?...
Sugriwo        : Maksudnya ?...dia balik bertanya
Saya             : Ya sehari-harinya?...saya memancing...karena belum berani bertanya yang spesivik.
Sugriwo        : Ooo...pekerjaan saya...tani mas...
Saya             : dengan cepat aku berkata sawahnya lebar yah bagus...
Sugriwo        : Kata siapa mas...lawong buruh tani...itu kalau ada yang nyuruh, kalo tidak ada ya dirumah    
                          Saja...  nyapu cuci baju dan nyiapkan anak-anak sarapan.
Saya             : Lah Istrimu kemana ?...
Sugriwo        : Istriku mlijo kalau pagi, brangkat jam 4 pagi.
Saya             : Lah pendapatan setiap harinya berapa ?...
Sugriwo        : Yah gak mesti mas...lah kadang ada kadang tidak ada pekerjaan.
          Saya pun mereka-reka sendiri penghasilan yang didapatnya dalam satu bulan, dengan pengalaman saya yang sering saya gunakan untuk memotifasi orang, sayapun mengatakan kepada dia dengan kata-kata tegas “ Kamu tidak pantas punya pendapatan cuman segitu...! “ dia terlihat agak bingung mendengar kata-kata saya, setelah terhenti sejenak dia balik bertanya “maksudnya ?...” yah kamu seharusnya punya pendapatan lebih. Percakapan berjalan lumayan lama yang akhirnya saya pun pamit pulang.
Kegiatanpun berjalan seperti layaknya kecamatan lain, setelah beberapa waktu pada tahun 2011 ada pergantian Pendamping Lokal (PL) dia terpilih dan disepakati menggantikan Fathur Rizi yang telah terpilih di MAD untuk menjadi Sekretaris UPK. Waktu berlalu seiring dengan proses program berjalan dengan pasti dan pada suatu ketika saya kerumahnya hanya sekedar ingin berbincang-bincang, dari kejauhan sudah terlihat dia duduk dibelakang temannya di pos ronda dengan memegang bahu temannya seraya tangannya bergerak-gerak ternyata sedang memijat. Inilah yang pertama kali aku tangkap sebagai bakat terpendamnya. Dengan kedatangan saya pos ronda dia tinggalkan dan mempersilahkansaya masuk kerumahnya dengan ditemani segelas teh kami berbincang-bincang yang inti pembicaraan, saya mengatakan sudah waktunya kamu berfikir penghasilan lebih dengan memotifasi supaya anaknya dikuliahkan setelah lulus SMA dengan memberikan testimoni pola pikir seorang sarjana dan yang bukan sarjana, setelah agak lama saya alihkan pembicaraan ke tentang pijat memijat ternyata dia menginginkan kelak menjadi tukang pijat.
Berfikir kesamping dan motifasi adalah topik pembicaraan berikutnya yang saya usung ketika berjumpa dengan dia dengan sedikit memberikan teori promosi untuk menjadikan pijat sebagai penghasilan tambahannya walaupun sebenarnya pada raut mukanya masih menggambarkan ketidak mungkinan karena sudah banyak tukang pijat tetapi saya berpendapat apakah karena sudah ada orang yang menjual sayur sehingga kamu tidak menjual sayur ?...apakah karena sudah ada orang menanam padi sehingga kamu tidak menanam padi ?...tunggu dulu sekarang kamu kenapa kamu menjadi buruh tani padahal sudah banyak buruh tani, kenapa sekarang istrimu jual sayur padahal sudah banyak wlijo. Teorinya yaitu jangan tunggu diminta untuk menolong orang, jangan mematok harga dalam memberikan jasa, niatilah menolong orang yang sedang sakit karena Alloh, terus belajar dan belajar, kedepankan kepentingan sosial kamu sebagai Pendamping Lokal karena ini kehidupan kamu.
“Tidak ada yang tidak bisa dirubah kecuali takdir Alloh” masalahnya kita tidak akan pernah tahu takdir itu yang mana. Banyak orang dengan kemiskinanya, dengan keadaannya yang masih jauh dari cukup ketika diberi motifasi mengatakan ini sudah takdirNya, oh saya tidak jodoh kerja ini kerja itu, kamu sekarang enak yah karena kamu jodoh kerja itu. Oh...begitu pernyataan orang yang tidak punya motifasi ingin berubah karena pernyataan ini adalah pernyataan orang yang malas dan tidak mau berfikir menurut aku. Setelah beberapa lama Bapak Sugriwo melakukan teori yang saya sarankan mulailah ada panggilan pijat dari teman, kuluarganya teman, tetangganya teman dan seterusnya.
Akhirnya setalah kurang dari satu tahun bapak Sugriwo mulai dikenal sebagai orang yang berprofesi tukang pijat dan dia mulai menyadari apa yang saya katakan tidak pantas berpenghasilan sedikit seharusnya berpenghasilan lebih itu bisa terjadi jika mau, sabar dan telaten dalam menjalaninya.
Jabatan dia sebagai Pendamping Lokal (PL) di Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan telah menghantarkan dia dari yang biasa menjadi luarbiasa, dari buruh tani menjadi berprofesi, dari yang tidak pantas menjadi pantas. Ingat sebelum kita meminta sesuatu kepada Alloh pantaskan dulu diri kita untuk layak mendapatkan apa yang kita minta.

Cerita lama FK Pasirian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar