Jumat, 01 Maret 2019

Penjelasan Islam Nusantara.

*"KH. Said Aqil Sirodj: Islam Nusantara Bukan Mazhab, Aliran atau Sekte"*

_CNN Indonesia, 28 Feb. 2019 18:10 WIB_

Ketum PBNU KH. Said Aqil Sirodj mencontohkan bagaimana Islam bisa masuk dalam kebudayaan Indonesia, seperti dalam tradisi larungan atau syukuran laut.

KH. Said Aqil Siradj memberikan sambutan dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Nasional Nahdlatul Ulama (NU), di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Kota Banjar, Jawa Barat, Rabu (27/2). (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan)

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Sirodj mengatakan bahwa Islam Nusantara bukan mazhab, aliran, atau sekte baru yang berkembang di Indonesia. Islam Nusantara pertama kali disampaikan saat Muhtamar NU di Jombang, Jawa Timur, pada 2015 lalu.
"Saya menyampaikan bahwa Islam Nusantara bukan mazhab, bukan aliran, bukan sekte. Tetapi hanya tipologi Islam kita orang nusantara," kata KH. Said membuka pembahasan konsep Islam Nusantara di Komisi Bahtsul Masail Maudluiyah dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama, Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Kota Banjar, Jawa Barat, Kamis (28/2).

KH. Said kemudian mencontohkan bagaimana Islam bisa masuk dalam kebudayaan Indonesia, seperti dalam tradisi larungan atau syukuran laut maupun penggunaan beduk untuk penanda waktu salat.
"Beduk itu tadinya kan alat musik, kemudian diterima oleh para alim ulama kegunaannya diganti, untuk memanggil waktu salat," tuturnya.
Lebih lanjut, KH. Said menyatakan bahwa puncak Islam Nusantara adalah 'Hubbul Wathon Minal Iman', fatwa yang disampaikan oleh Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy'ari ketika mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Menurut dia, para ulama di dunia tak ada yang mengenal istilah 'Hubbul Wathon Minal Iman'.
"Islam harus menyatu dengan nasionalisme, nasionalisme harus diberi spirit dengan Islam," kata KH. Said.
Setelah beberapa perwakilan pengurus PWNU dari sejumlah wilayah seperti Sulawesi Selatan, Lampung, Banten, hingga Jawa Timur menyampaikan pandangannya, kemudian disepakati pengertian Islam Nusantara secara substansi.
"Islam Nusantara dalam pengertian substansial adalah Islam Ahlisunnah Waljamaah yang diamalkan, didakwahkan, dan dikembangkan sesuai karakteristik masyarakat dan budaya di Nusantara oleh para pendakwahnya," kata Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail PWNU Jawa Timur Ustadz Ahmad Muntaha.
Pengertian Islam Nusantara itu lantas disepakati dalam forum Komisi Bahtsul Masail Maudluiyah.
Usia pengesahan, KH. Said mengatakan bahwa seluruh pengurus NU dari pusat sampai ranting harus memahami pengertian Islam Nusantara. Said kembali menegaskan bahwa Islam Nusantara bukan lah paham aliran, sekte, atau mazhab baru yang dikembangkan di Indonesia.
"Tapi Islam yang menghormati budaya, menghormati tradisi yang ada selama tidak bertentangan dengan syariat Islam," kata KH. Said.
Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama digelar sejak kemarin, Rabu (26/2) sampai Jumat (1/3). Presiden Joko Widodo yang membuka forum tertinggi kedua di bawah Muktamar. Acara ini rencananya bakal ditutup Wakil Presiden Jusuf Kalla besok. [*]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar